Aku berjalan bersama senja mengitari setengah dunia, termenung sejenak di ketinggian puncak himalaya, memandang kerlip suara hati nun berkilau di kejauhan. Wanginya bahkan memabukan, jernih nya bahkan menembus andromeda hingga membentur lubang hitam, kemudian hilang
Sebenarnya aku tidak tega mendustai senja, bercerita tentang indahnya mayapada yang penuh berdesakan oleh cinta, atau mengarang cerita mimpi nanti malam yang selalu hadir menghangatkan mata bila terpejam. Semua hanya dusta
Jiwaku mulai teriris rengek manja senja yang hendak keperaduan, usianya pendek tak sebanding dengan keindahan dan kemolekan yang di sandang. "Kang, temani aku menabur mimpi di awan mega, agar tidurku nanti berkesan hingga engkau menjemputku di waktu yang sama"
Aku tahu aku tak mungkin melukai perasaanya, sedangkan gerimis kecilpun ku usir dari singgasananya. Biarlah hatiku menadah percikan petir, biarlah tubuhku menjadi tameng angin yang membadai. Bagiku itu tidak seberapa dengan indahnya saat mata senja terkatup perlahan di hanyutkan mimpi
Bagan batu di awal perjalanan senja