Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Puisi | Badai Berkecamuk di Pucuk Melati

29 Oktober 2019   03:40 Diperbarui: 29 Oktober 2019   04:13 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hampir remuk sebatang raga di amuk badai, compang-camping rasa jiwa terpelanting tersapu perangai, berjalan terseok-seok di atas pecahan tebing, menatap sebentar terpejam pandangan hitam mengiringi

Pada titik awal penciptaan, pada permulaan kisah di tuliskan, jiwa-jiwa putih bak melayang ringan, tanpa dosa tanpa cela yang sanggup menjatuhkan, terbang mengelilingi takdir yang di hadirkan, patuh akan ketetapan sebagai kebenaran

Kini badai sering menjumpai, memporak-porandakan bangunan hati yang baru di perbaiki, patah-patah pemahaman, berkeping-keping kejernihan, luluh lantak tiang penyanggah kehidupan

Jika melati adalah suci, badai berkecamuk memenuhi ruang mimpi, bila badai menjadi pertanda hidup dan mati, mungkin melati telah layu sedari dini

Bagan batu 29 oktober 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun