Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Jeritan Hati di Gugusan Awan Senja

27 Juli 2019   18:56 Diperbarui: 27 Juli 2019   19:10 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meraung menjerit terhimpit bentangan langit, tercekat suara di kerongkongan alam, mata terbelalak menyaksikan guntingan peristiwa, seakan dunia sebentar lagi akan binasa

Wajah-wajah kuyu di hempas debu, langkah tertatih-tatih di tusukan duri, tangan hendak menggapai samudera mimpi, angan melesat mendahului raga menjemput hayal. Semua terhenti di barisan waktu, tak sudi menunggu tapi tak tahu arah di tuju

Siluet senja bercengkrama dengan patamorgana, berbisik-bisik di antara gulungan mega, bersorak riang melihat manusia tepesona. "Tenggelamlah bersama kesombongan, terbakarlah di panasnya kedengkian"

Jeritan hati di gugusan awan senja, bukan akhir tapi permulaan kisah manusia. Siapa yang peka mata hatinya, siapa yang jernih pemikiranya, endapan mutiara ada bersamanya

Bagan batu 27 juli 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun