Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Melukis Malam di Selembar Lima Ribuan

17 Juli 2019   17:59 Diperbarui: 17 Juli 2019   18:09 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam singgah begitu cepat, tiga kawanan kumbang duduk melingkar, seringai binal seakan kental di aduk kegelapan. Sempoyongan lelaki tua menarik bintang, hendak membaringkanya di sudut kamar, tubuh rapuh hampir patah di terjang gelisah

Di ujung sana di bawah lampu merah, kupu-kupu meringkuk dalam pergantian warna. Merah menyala, pertanda malam ini masih durjana seperti sebelumnya. Tak ada pertanda bila di akhir kelam ada cahaya lentera, setidaknya tempat mematut menyembunyikan nista

Angin malam memutar menelusup ke tembok kamar, cicak dan kecoak terperanjat hentikan tawa, gulungan hawa dingin seketika menyergap. Senyap, bahkan sayup-sayup hanya terdengar dengkur tidur, hanya butiran keringat yang membeku di sekujur bantal guling

Melukis malam di selembar lima ribuan, menarik aneka peristiwa yang tak terjamah kata dan logika. Terpencil jauh dari hiruk pikuk kemolekan dunia, tempat segala yang nista gampang di sematkan, setidaknya sampai terang di gendong fajar datang menjelang

Bagan batu 17 juli 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun