Para dalam pesta rock n roll itu justru adalah remaja di bawah 17 tahun mengikuti lagu yang dibawakan Joyce Peluppesy. Cara pemuda yang hadir di acara itu mengajak aktris berdansa dalam acara itu dianggap sudah melecehkan sang aktris, hingga menimbulkan protes dari aktris sendiri. (Pikiran Rakjat, 11 Februari 1957, Pikiran Rakjat, 16 Februari 1957, Pikiran Rakjat, 19 Februari 1957, Aneka, Tahun VIII 1 Maret 1957).Â
Reaksi keras bermunculan hanya dua hari sesudah acara. Pengurus Pusat Tentara Pelajar Republik Indonesia mengirim surat kepada pihak yang berwajib di Bandung. Mereka menuding pihak berwajib tidak berdaya membasmi ekses cabul yang melunturkan moral masyarakat.
Protes keras  juga datang dari pimpinan Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia (IPPI) Daerah Priangan. Bahkan pimpinan IPPI melihat persoalan ini berhubungan erat usaha golongan anti Republik Indonesia yang mencoba melakukan infiltrasi lewat kebudayaan (Pikiran Rakjat, 11 Februari 1957).
Dalam hal ini kelompok dari kiri (termasuk golongan komunis), nasionalis, hingga kelompok Islam yang biasanya berseteru  di politik, satu suara dalam hal mengganyang apa yang disebut cabul, pelecehan terhadap perempuan, hingga memaksa pihak berwajib di Bandung bertindak.  Peristiwa ini juga saya tulis di Kompasiana.Â
Sebagai catatan masa itu mulai Sukarno gerah terhadap musik, tarian yang berbau Barat. Media massa relatif memihak nilai ketimuran dan dalam pelecehan terhadap perempuan masih cenderung adil. Â Hanya saja pendidikan seksual masih dianggap tabu diajarkan di bangku sekolah.
Awal Kemunculan "Predator  Seksual" Pertengahan 1960-an?
Bagaimana pada 1960-an? Saya pernah menulis bahwa warga Bandung pada  triwulan pertama 1965 digemparkan  apa yang disebutkan "crosspapa".
Hal itu terungkap pada 7 April 1965 Komandan Penerangan Angkatan Kepolisian Kota Bandung Kompol I EG Lumy menggelar konferensi pers bahwa remaja putri berada dalam bahaya menjadi pemuas nafsu seksual.
Pelakunya adalah orang-orang dewasa, bahkan berusia sebaya ayah para remaja putri itu. Mereka dari kalangan jutawan dan menggunakan mobil. Media menyebutnya sebagai "Crosspapa". Yang diincar adalah remaja yang duduk di bangku sekolah menengah, yang dianggapnya menarik, cantik, sesuai hasrat seksualnya.
Kalau ingin mendapatkan gadis pelajar yang disukainya, mereka memarkir mobilnya dekat sekolahnya. Jika ada gadis yang berjalan kaki atau sedang menunggu jemputan, maka mereka menawarkan jasanya. Para gadis itu kurang menyadari bahkan tidak menduga sama sekali masuk dalam perangkap.
"Orang-orang terkutuk itu membawanya seperti menuju rumah sang gadis. Tapi di tengah jalan biasa ditawarkan jasa baik mengajak minum atau makan di restoran atau di tempat lain. Dalam keadaan lengah maka dimasukan obat perangsang ke dalam minuman dan makanan yang akan dimakan wanita tersebut. Dalam berapa saat saja gadis itu akan kurang sadar. Cepat-cepat mangsanya dimasukan ke dalam mobil untuk dibawa ke tempat tertentu," demikian saya kutip dari Pikiran Rakjat, 11 April 1965