Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kejahatan Seksual dan Remaja Era 1950-an hingga 1970-an

19 Desember 2021   14:10 Diperbarui: 19 Desember 2021   14:16 1059
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demonstrasi Anti Cabul pada 1957-Foto: Irvan Repro Aneka

Ilustrasi-https://www.kompas.com/stori/read/2021/12/07/100000679/kasus-pemerkosaan-sum-kuning-?page=all
Ilustrasi-https://www.kompas.com/stori/read/2021/12/07/100000679/kasus-pemerkosaan-sum-kuning-?page=all

Yang menarik era 1970-an menandakan mulai memudarnya nilai ketimuran yang sebelumnya dijaga betul oleh Sukarno. Majalah hiburan yang terbit di era itu menampilkan cover perempuan dengan pose sensual untuk memikat pembaca laki-laki, konstruksi bahwa perempuan berpakaian minim mengundangkan berahi.

Pembenaran pelecehan seksual dan perkosaan saya kira dimulai dari masa ini. Kalau pada era 1950-an hingga 1960-an walau pemakaian rok mini dalam kegiatan dansa dan tarian rock n'roll, namun tidak dijadikan pembenaran untuk pelecehan, setidaknya yang terungkap di media.  

Celakanya, pendidikan seksual pada waktu itu masih dianggap tabu. Padahal awal pengenalan pendidikan seksual pada remaja dan anak sekolah seharusnya dimulai pada masa ini mengingatkan banjirnya film Barat.

Kalau begitu bagaimana pendidikan seksual melalui film?  Alih-alih melakukan pendidikan seksual melalui  film di Indonesia pada masa itu justru berfungsi sebaliknya.   

Contohnya,  pada 1978, film "Akibat Pergaulan Bebas" juga sempat menuai pujian yang disusul kritik. Film drama anak kampus yang muncul di tengah agenda sosialisasi pendidikan seks pemerintah Orde Baru ini sempat dipuji.

Film tersebut dinilai ampuh menertibkan perilaku seks anak-anak remaja. Namun, di saat bersamaan juga dianggap menjadi biang keladi sejumlah kasus persetubuhan anak di bawah umur.

Dekade 1970-an adalah titik kebangkitan industri perfilman Indonesia.  Pada saat yang bersamaan sebagian masyarakat sebetulnya baru mulai mengenal bahwa adegan hubungan intim dapat dinikmati lewat pertunjukan layar perak. Ini menarik minat kalangan pemuda dan pemudi yang tengah dimabuk asmara.

Buku Karya Salim Said "Profil Dunia Film Indonesia" (1982: 110) menunjukkan sutradara film angkatan 1970-an sebagian besar tidak mengenyam pendidikan tinggi. Jadi ada korelasinya jika Indonesia tahun 1970-an dibanjiri film-film yang terkesan murahan. Para sineas hanya  bertutur tentang perjalanan cinta anak muda beserta segala aktivitas seksualnya, sudah bisa mendatangkan penonton.

Pada dekade berikutnya pronografi merebak hingga diakses oleh anak-anak remaja. Jujur saja, saya yang menjadi remaja era 1980-an adalah salah seorang dengan mudah bisa mendapatkan stensilan macam Enny Arrow dan Nick Carter di pedagang kaki lima.

Begitu juga dengan video film resmi Barat yang tidak disensor bahkan blue film dengan mudah didapat.  Ada yang menonton sendiri sembunyi-sembunyi dan ada yang bersama kawannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun