Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel | Koloni (46)

16 Juni 2017   16:38 Diperbarui: 16 Juni 2017   16:42 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi by irvan sjafari

Aku mengikutinya.  Kontak senjata masih terjadi. Aku melihat Rahmi juga merunduk di antara dinding bangunan.  Beberapa serdadu dan orang sipil tampak bergelimpangan di jalan.  Di atas drone menembaki posisi pasukan Ahmady, tetapi seorang serdadu marinir menjatuhkannya.

“Maaf Bang, Kapten Edo gugur,” ujar aku terisak.

Letkol Ahmady memeluku. Kemudian menyuruhku mundur.

“Kau pergi menjauh. Mereka akan tembak siapa saja yang menghalangi mereka!”

Di kegelapan aku melihat seorang serdadu bule memberondong seorang serdadu marinir tetapi dia juga ditembak rubuh.

Pesan singkat Kang Nana: Mundur ke Tasikmalaya. Mereka akan bunuh wartawan di pihak kita.

Rahmi merangkul aku. “Kamu ingin bertemu Alif, kan? Ikut aku?”

“Aku nggak mengerti? Jadi kamu tahu selama ini Alif masih hidup!”

“Nggak juga, tapi jejaknya ada di Gedebage Bandung Technopolis.”

Rahmi membonceng aku mengendarai motor listrik Ciung Wanara.  Kami melesat di jalan kelalui Jalan Naripan menuju Gedebage Bandung Technopolis.

Bandung Gedebage Tecnopolis, Pagi Hari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun