Mohon tunggu...
Yulia Yuli
Yulia Yuli Mohon Tunggu... KOL Spesialist

Mahkluk sederhana penyuka suasana bahagia @Julayjo

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Monolog: Lamunan di Balik Secangkir Kopi

13 September 2025   08:33 Diperbarui: 13 September 2025   08:33 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kopi dan Perempuan (sumber: meta)

Uap mengepul dari cangkir keramik berwarna putih. Mata menatap kosong ke arah jendela, di mana cahaya pagi mulai menyusup masuk. Suara gemericik kopi yang diaduk perlahan menjadi satu-satunya musik di ruang sunyi ini.

Kehampaan...

"Tegukan pertama. Pahit, seperti biasanya".
Aneh ya, bagaimana secangkir kopi ini bisa memberikan lebih banyak kehangatan daripada semua interaksi yang kulakukan kemarin. Atau minggu lalu. Atau... kapan terakhir kali aku benar-benar merasa hidup?


"Pandangan tertuju pada refleksi diri di permukaan kopi yang gelap".
Setiap hari seperti replay yang sama. Bangun, mandi, bekerja, pulang, tidur. Repeat. Dan di tengah-tengah rutinitas yang mekanis itu, ada ruang kosong yang terus membesar. Seperti lubang hitam yang menyedot makna dari segala sesuatu yang kulakukan. 

Kehampaan itu bukan tentang tidak memiliki apa-apa. Aku punya pekerjaan, rumah, teman-teman yang sesekali mengajak makan bersama. Tapi kenapa rasanya seperti menjalani hidup orang lain? Seperti aktor yang lupa dialognya sendiri, terus mengikuti naskah yang ditulis orang lain.


"Tegukan kedua. Kali ini lebih perlahan".
Mungkin kehampaan itu muncul karena aku terlalu fokus mengisi hari-hari dengan aktivitas, tapi melupakan tujuan. Seperti menulis tanpa tahu mau bercerita tentang apa. Seperti berlari tanpa tahu mau ke mana.
Tapi tunggu...


"Mata mulai berbinar, seolah-olah menemukan sesuatu di dasar cangkir".
Mungkin solusinya bukan tentang mengisi kehampaan itu dengan lebih banyak hal. Mungkin solusinya justru tentang berteman dengan kehampaan itu. Menerimanya sebagai ruang untuk bernapas, ruang untuk bertanya, ruang untuk... memulai lagi.


"Cangkir diletakkan perlahan di meja".
Apa yang benar-benar ingin kulakukan? Bukan apa yang diharapkan orang lain dariku, bukan apa yang terlihat "benar" di mata masyarakat, tapi apa yang membuat jantungku berdetak lebih cepat ketika memikirkannya?


"Jari-jari mengetuk-ketuk meja, ritme yang tidak beraturan".
Mungkin aku perlu kembali ke hal-hal kecil yang pernah membuatku bahagia. Menulis surat untuk diri sendiri. Berjalan tanpa tujuan di sore hari. Berbicara dengan stranger di kedai kopi tentang hal-hal yang tidak penting. Atau... mungkin yang penting justru belajar sendirian dengan diri sendiri. 

"Solusi yang harus dikerjakan..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun