Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Takbiran Keliling: Antara Syiar, Tradisi, dan Gangguan, Bagaimana Menyeimbangkannya?

30 Maret 2025   13:56 Diperbarui: 30 Maret 2025   13:56 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana malam Takbiran di Jalan KH Mas Mansyur, Tanah Abang Jakarta, Minggu (1/5/2022). | KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Selanjutnya, takbiran keliling juga seringkali diwarnai dengan perilaku yang kurang terpuji, seperti kebut-kebutan, penggunaan petasan yang membahayakan, dan tindakan vandalisme. Hal ini tentu saja mencoreng citra takbiran sebagai syiar Islam yang luhur.

Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk mengembalikan esensi takbiran keliling sebagai syiar Islam yang benar. Takbiran keliling harus dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, dengan tetap menjaga nilai-nilai kesopanan dan ketertiban. Gema takbir yang dikumandangkan haruslah berasal dari hati yang tulus, sebagai ungkapan rasa syukur dan kebahagiaan atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT. 

Selain itu, takbiran keliling juga harus menjadi ajang silaturahmi dan mempererat tali persaudaraan antar umat Muslim. Dengan demikian, takbiran keliling dapat menjadi sarana syiar Islam yang efektif, tanpa mengganggu ketertiban dan kenyamanan masyarakat.

Tradisi Masyarakat

Tradisi takbiran keliling, sebagai bagian dari warisan budaya, telah lama menjadi penanda kemeriahan malam Idul Fitri di Indonesia. Tradisi ini bukan sekadar ritual keagamaan, tetapi juga menjadi ajang silaturahmi antarwarga, mempererat tali persaudaraan, dan menumbuhkan semangat kebersamaan. 

Dalam pelaksanaannya, masyarakat dari berbagai usia dan latar belakang turut serta, menciptakan suasana yang penuh kehangatan dan keakraban. Takbiran keliling juga menjadi wadah bagi ekspresi kebebasan dan kreativitas masyarakat, di mana setiap daerah memiliki ciri khas dan cara tersendiri dalam merayakannya.

Namun, di balik kemeriahan dan nilai-nilai positifnya, tradisi takbiran keliling juga seringkali menimbulkan permasalahan yang perlu diperhatikan. Gangguan ketertiban, seperti kemacetan lalu lintas dan kebisingan, menjadi keluhan yang sering muncul dari masyarakat. 

Selain itu, potensi perilaku negatif seperti kebut-kebutan, penggunaan petasan yang membahayakan, dan tawuran antar kelompok, juga menjadi ancaman yang perlu diantisipasi. Dampak negatif ini tidak hanya mengganggu kenyamanan dan keamanan masyarakat, tetapi juga mencoreng citra tradisi takbiran keliling sebagai bagian dari syiar Islam.

Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk menyeimbangkan antara nilai-nilai syiar, tradisi, dan ketertiban masyarakat dalam pelaksanaan takbiran keliling. Regulasi yang jelas dan tegas dari pemerintah, edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat, serta kerjasama antara berbagai pihak, menjadi kunci untuk menjaga harmoni dalam tradisi ini. 

Di samping itu, mencari alternatif kegiatan yang lebih positif, seperti takbiran di masjid dengan acara yang menarik, juga dapat menjadi solusi untuk mengurangi dampak negatif dari takbiran keliling. Dengan demikian, diharapkan tradisi takbiran keliling dapat tetap dilaksanakan dengan memperhatikan nilai-nilai syiar dan tradisi, tanpa mengganggu ketertiban dan kenyamanan masyarakat.

Gangguan Ketertiban

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun