Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Nomine Best in Fiction Kompasiana Awards 2024 Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Meo dan Mimpi-mimpinya

20 Juni 2025   20:41 Diperbarui: 20 Juni 2025   20:41 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meo tidak memikirkan ibunya yang setiap pagi selalu mencari dan mengingatkannya untuk sekolah dan membantunya di rumah. Hal yang dipikirkan hanya mimpi, mimpi dan mimpi.

Hingga suatu hari, Meo terbangun dari tidurnya. Suasana sekitarnya sangat sepi. Dia turun dari atap dan mencari-cari ibunya, tapi tidak ketemu. Dia berjalan ke sana kemari, anehnya warga hutan ceria tak satupun yang terlihat.

"Kenapa sepi sekali?" tanyanya dalam hati. Dia pun berjalan ke arah masjid. Biasanya, kalau bangun tidur, pasti tak lama kemudian azan Dhuhur. Namun, di sana juga tidak ada siapa-siapa.

"Aneh sekali. Pada menghilang ke mana, ya?" gumamnya sambil menuju tempat wudhu. Dia ke tempat wudhu bukan untuk berwudhu, tetapi untuk minum.

"Ah...segar sekali airnya!"

Setelah minum, dia ke serambi masjid dan merebahkan tubuhnya. Dia mengingat-ingat kembali mimpinya tadi. Dalam mimpinya, dia melihat sekelilingnya menjadi aneka olahan coklat. Dia bisa menikmati coklat sampai kenyang. 

Tanpa terasa, Meo menelan ludahnya. Tangannya memegang perutnya. 

Kruk...krukkk...krukkk.

"Aduh, aku lapar. Makan apa, ya?"

Meo bangkit dari rebahan dan kembali ke rumah. Tetap saja tak ada ibu di rumah. Di dapur juga tidak ada makanan apapun. 

Karena tak ada makanan apapun, Meo semakin lapar. Dia merasa tubuhnya lemas. Pandangannya berkunang-kunang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun