Aku tahu, dengan menjaga jarak denganmu tentu sangat beresiko. Bisa saja kau memilih untuk tidak setia.Â
Kau adalah bintang di sana. Untuk mendapat lelaki yang lebih baik daripada aku, pastilah mudah.Â
Hatiku terasa sesak membayangkanmu bersama lelaki lain. Namun, aku masih meraba-raba, apakah aku pantas untukmu?
Senyum manismu akankah bisa selalu ada jika hidup bersamaku? Apakah canda tawamu bisa mewarnai rumah tangga kita?
Kau benar, aku yang tadinya nekad berkenalan denganmu, akhirnya merasa minder. Dengan segala keterbatasanku.Â
Pendidikanku tak tinggi. Bahkan kalau kau mendengar cerita dari sahabatku, kau pasti tertawa. Ya, aku harusnya menjadi kakak kelasmu saat SD-SMA. Nyatanya kita sekolahpun seangkatan. Artinya, aku pernah tinggal kelas. Kalau kau tahu, mungkin kau akan malu dan tak sudi dekat denganku.Â
***
Beberapa bulan kita tak saling menyapa. Bahkan pesan lewat WhatsApp pun tak ada sama sekali. Kupikir kau melupakan aku dan sudah dekat dengan lelaki lain.
Aku mantap dengan keputusanku untuk pergi dari hidupmu, tanpa pesan.Â
Aku hampir gila dengan keputusanku. Aku merasa dunia ini tak adil. Berkenalan dengan perempuan kebanggaan daerah. Berprestasi. Sementara aku, apalah aku?
***