Mohon tunggu...
Jarang Makan
Jarang Makan Mohon Tunggu... Freelancer

Penggemar content manajemen, pengembangan diri, dan fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Meniti Jalanan Setapak 53

6 September 2025   15:15 Diperbarui: 18 September 2025   14:11 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah delman melintasi jalan dari Desa Pandan Asri ke Desa Merak. Delman seperti ini yang biasanya menjajakan jasa pengantaran dari pasar ke tujuan mana saja. Tapi kali ini Ki Kusir delman mendapat tugas khusus. Ia diminta menjemput Widura, Ratri, Sogol dan Murti dari kediaman Ki Rana menuju ke rumah Ki Sriram. Kali ini mereka akan jadi tamu istimewa.

Beberapa hari sebelumnya, Bondalika menyampaikan undangan kepada Widura dan tiga teman lainnya untuk datang ke rumahnya. Undangan itu ia sampaikan saat menghadiri pengajaran baca tulis di tempat Ki Rana. Ki Sriram mengundang Widura dan teman-temannya sebagai ungkapan terima kasih. Bagaimanapun juga, tanpa bocoran dari mereka, harta Ki Sriram saat ini pastilah sudah ludes.

"Wah, enaknya naik delman sambil menikmati segarnya tiupan angin. Tak perlu capek jalan kaki, sudah sampai tujuan," Sogol berkomentar sembari menikmati perjalanan di kesempatan kali ini.

Tiga teman yang lain hanya tersenyum lebar dan menggeleng-gelengkan kepala.

"Sebelumnya aku pernah naik kereta kuda yang berisi barang dagangan. Waktu dari rumahnya Bibi Sarwana. Memang naik kereta kuda lebih menyenangkan meskipun waktu itu tempatnya sempit. Haha," Widura menyetujui komentar Sogol.

"Oh, yang kemudian kamu dicegat kawanan begal itu ya?" sahut Ratri.

"Ya, yang itu. Nggak ada lagi. Hehe,"

"Ki Kusir, waktu mengantar penumpang apa pernah bertemu kawanan penjahat?" Murti tiba-tiba bertanya kepada Ki Kusir delman.

Ki Kusir sambil tetap mengendalikan kuda menjawab, "Dulu pernah sekali waktu mengantar rombongan pengantin. Tapi kawanan begal itu dapat dihalau para pengawal upahan yang ikut dalam rombongan."

"Ternyata jadi kusir berbahaya juga, ya?" sahut Sogol. "Saya kira hanya pedagang besar saja yang diincar penjahat."

"Biasanya kalau hanya membawa penumpang, kita akan aman. Kecuali kalau membawa sejumlah besar barang mahal seperti waktu saya mengantar pengantin yang waktu itu."

Empat anak dan satu orang dewasa itu saling bertukar cerita di sepanjang perjalanan. Ki Kusir orangnya ramah dan menyenangkan diajak ngobrol. Hingga pada akhirnya mereka tiba di rumah Ki Sriram.

Bondalika menyambut kedatangan kelompok Widura di teras rumahnya. Anak itu membuka perkenalan untuk dua teman Widura yang belum ia kenal. Setelah merenungi nasihat Ki Rana, sikap Bondalika terhadap orang lain kini lebih ramah.

Empat orang terlihat memasuki gerbang rumah Ki Sriram. Pengawal yang berjaga mengantar empat orang tersebut memasuki ruangan dalam yang sudah disiapkan.

"Itu siapa?" tanya Murti kepada Bondalika.

"Itu para tokoh Desa Merak. Salah satunya kepala desa. Ayah berterima kasih karena beliau-beliau benar-benar membantu kita saat peristiwa perampokan kemarin," jawab Bondalika.

Kemudian satu demi satu tetangga Ki Sriram berdatangan. Suasana di dalam rumah menjadi lebih riuh. Terkadang terdengar suara tawa di sela percakapan.

Tidak lama berselang, dua orang dengan pakaian prajurit kadipaten memasuki gerbang rumah Ki Sriram. Mereka datang bersama tiga orang lainnya yang berpakaian biasa. Karena mengetahui kedatangan sosok berpakaian prajurit, Ki Sriram keluar dari dalam rumah mendatangi anaknya yang sedang asyik bercakap-cakap sebelum menyambut tamu yang baru datang tersebut.

"Anak-anak, itu Ki Datok sudah datang. Ki Datok sangat ingin bertemu kalian," Ki Sriram berkata sambil melambaikan tangan meminta anak-anak mendekat. "Mari kita sambut sama-sama."

Lima orang anak itu pun berdiri dan mendekati Ki Sriram, bersiap menyambut Ki Datok. Kali ini, Ki Datok datang bersama Ki Marta. Sedangkan dua orang lainnya adalah tetangga yang kebetulan masuk bersama.

"Selamat datang, Ki Datok dan Ki Marta. Terima kasih karena sudi menerima undangan saya," Ki Sriram menyambut. Sambil menunjuk anak-anak di sebelahnya, Ki Sriram berkata lagi, "Ini anak-anak pemberani yang memberi kita informasi tempo hari."

Widura dan kelompoknya menyampaikan salam dan memperkenalkan nama masing-masing.

"Kalian anak-anak hebat. Terima kasih, ya. Karena tindakan kalian tugas kami dapat terselesaikan dengan baik." jawab Ki Datok.

Sebongkah besar rasa bangga muncul dalam benak anak-anak ini. Tindakan mereka mendapat apresiasi yang di luar perkiraan mereka.

"Mari saudara-saudara dan anak-anak semuanya, silakan masuk. Acara bisa kita mulai," ujar Ki Sriram.

Acara perjamuan santai itu pun dimulai. Berbagai makanan berat hingga jajanan ringan tersaji. Gelas-gelas minuman terisi tiada henti. Kelompok penghibur menghias suasana dengan bernyanyi.

Ki Datok dan Ki Marta menanyai Widura dan teman-temannya satu demi satu. Banyak hal yang ditanyakan oleh perwira itu. Anak-anak juga antusias bertanya banyak hal tentang urusan keprajuritan.

"Dalam dua bulan mendatang, Kadipaten Dulki akan mengadakan festival keprajuritan. Kalian bisa ikut meramaikan acara itu. Ada berbagai lomba ketangkasan dan kekuatan untuk anak-anak. Biasanya berlangsung tiga hari. Tapi keramaiannya bisa lebih lama. Apakah orang tua kalian akan mengajak bepergian ke sana?" Ki Datok berujar.

"Saya diajak guru ke sana, Ki Datok," Widura menjawab.

Ki Datok mengangguk menanggapi jawaban Widura lalu bertanya kepada yang lain, "Bagaimana dengan yang lainnya?"

"Saya membantu ayah berdagang kain, Ki," jawab Ratri.

"Kalau terlalu lama, saya tidak bisa. Saya membantu ayah membuat ukiran," sahut Sogol.

"Saya harus membantu ayah di kebun," ujar Murti kemudian.

"Eh, anu, kalau saya, saya tidak ke sana juga," Bondalika menjawab tanpa alasan sambil nyengir.

Yang lain tertawa melihat wajah Bondalika. Sudah bisa diduga, bukan hal aneh anak dari kalangan berada seperti Bondalika tidak tertarik dengan kegiatan yang mengedepankan fisik.

"Hahaha, tidak mengapa kalau kalian tidak bisa berkunjung ke acara itu," ujar Ki Datok. "Widura, kalau memang kamu dan gurumu jadi ke kadipaten, lebih baik menginap saja di tempat saya."

Mendengar tawaran Ki Datok, Widura jadi makin bersemangat. Pandang matanya berbinar.

"Sungguhkah, Ki Datok?"

Ki Datok hanya mengangguk tenang.

"Kalau begitu terima kasih. Nanti akan saya sampaikan ke guru."

Acara yang diadakan Ki Sriram berlangsung menyenangkan bagi semua orang. Ketika banyak orang berkumpul pastilah akan terjadi pertukaran informasi. Begitu pun saat ini.

Raja Darius yang saat ini memimpin Kerajaan Semala akan memperluas cakupan pekerjaan perbaikan jalan di seluruh wilayah. Sebelumnya, sang raja mengirimkan sejumlah cendekiawan kerajaan untuk belajar cara pengerasan jalan ke negeri seberang. Kemudian di tahap awal, pengerasan jalan dilakukan di sekitar wilayah kotaraja dan pusat kadipaten terlebih dulu. Sekarang pekerjaan itu akan menjangkau desa-desa besar dan sekitarnya. Dengan perbaikan jaringan jalan kerajaan, diharapkan rakyat akan lebih mudah melakukan perjalanan dagang. Kabar seperti ini pastilah disambut sukacita oleh semua orang.

Kesenangan ini makin bertambah-tambah bagi Widura, Ratri, Sogol dan Murti tatkala Ki Sriram memberikan bungkusan hadiah kepada mereka. Mereka juga banjir apresiasi dari orang-orang yang hadir di perjamuan. Terkhusus bagi Widura, keinginannya menjadi prajurit semakin kuat.

Suasana perjalanan pulang mereka di atas delman jadi semakin heboh, ini karena empat anak ini saling melihat isi hadiah masing-masing. Ki Kusir delman juga ikut bergembira ketika mengetahui dari anak-anak ini bahwa kerajaan akan meluaskan pekerjaan perbaikan jalan. Ia sudah membayangkan betapa nyaman perjalanan nantinya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun