Mohon tunggu...
Jarang Makan
Jarang Makan Mohon Tunggu... Freelancer

Penggemar content manajemen, pengembangan diri, dan fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Meniti Jalanan Setapak 49

12 Agustus 2025   13:55 Diperbarui: 18 Agustus 2025   14:10 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ki Jeri lalu turun dari pelana kuda dan mengikat tali kekang kuda di sebatang pohon. Anggota rombongan lainnya pun mengikuti tindakan Ki Jeri dengan sendirinya.

"Ki Jeri yakin ada yang tidak beres yang menanti kita?" Ki Sriram bertanya lagi.

"Entahlah Tuan. Ini hanya firasat saya."

"Ki Vikra dan Ki Bajra, bersiap-siaplah, mungkin kita akan terlibat dalam perkelahian," ucap Ki Jeri sambil memegang gagang goloknya.

Vikra dan Bajra, yang telah mempersiapkan emosi mereka sebelumnya, hanya mengangguk dan mengambil sikap waspada. Mereka semua berjalan sedikit menjauhi kuda.

Tiba-tiba dari balik rerimbunan semak seorang pria bertubuh kekar meloncat menghadang di depan. Dari sisi yang berlawanan, muncul lagi seorang pria berbaju biru tua dengan senjata terhunus. Selanjutnya dari sisi belakang tiga orang muncul dari persembunyian dan menghalangi jalan mundur. Kini rombongan Ki Sriram terkepung.

Ki Jeri awalnya terkejut dengan kemunculan orang-orang ini, tapi selanjutnya wajahnya berangsur lebih tenang. Namun anggota rombongan yang lain terlihat tegang penuh kewaspadaan. Gerombolan penyergap ini tidak menutupi wajah mereka. Wajah mereka menyiratkan ketegasan, tapi jauh dari kesan angker khas orang jahat yang tak berperasaan. Kecuali dua orang yang muncul pertama, tiga orang yang lain membawa senjata yang sederhana.

"Saya kira sekarang ini adalah saatnya," ucap pria berbaju biru tua.

Ki Jeri lalu menghunus goloknya dan menghadap ke arah Vikra dan Bajra. Dengan wajah dingin dan tanpa adanya keramahan seperti yang ia pertontonkan sebelumnya ia berkata, "Vikra dan Bajra, inilah saatnya kalian membuka kedok sebagai pedagang. Aku dan Tuan Sriram sudah mengetahui siapa kalian sebenarnya. Aku tahu kalau pemimpin gerombolan kalian adalah Ki Roso dan Ki Warkes. Dan aku juga tahu kalau kawan-kawan kalian nanti malam akan merampok rumah Ki Sriram. Mumpung kalian belum berulah, sebaiknya kalian segera menyerah saja."

Rentetan kata yang keluar dari mulut Ki Jeri membuat Vikra, Bajra, Ki Sriram, Ki Soros dan Ki Jagabaya yang berbaju biru tua itu terkejut, dengan alasan yang berbeda tentunya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun