"Oh, iya ya. Betul juga. Gara-gara gerombolan itu acara berburu kalian jadi berantakan."
"Haha, mungkin sedang bukan harinya dapat rezeki."
Kedatangan seorang pembantu perempuan paruh baya menghentikan percakapan Widura dan Bondalika. Ia membawa sebuah nampan dengan seonggok ubi rebus, singkong rebus, dan beberapa jenis jajanan serta minuman hangat. Dan karena kehadiran makanan tersebut, Widura menghentikan latihannya.
"Wah, sebulan aku tinggal di rumah ini, perutku bakal jadi gendut." Ucap Widura sambil melahap sepotong makanan hangat.
Bondalika tidak menjawab apa-apa, ia hanya tertawa mendengar celetukan temannya itu.
Sementara dua anak itu menikmati makanan hangat di teras samping, di bagian lain rumah itu Ki Sriram dan Ki Jeri berbincang serius. Mereka merencanakan kepergian mereka di hari ini.
"Jadinya nanti seperti apa rencana Ki Jeri? Kita tetap berangkat ke kadipaten? Atau membatalkan kepergian kita?" Ki Sriram meminta pertimbangan dari pengawal kepercayaannya.
"Kita akan berangkat dan tidak berangkat, Tuan."
"Maksudnya?"
"Kita hari ini akan tetap berangkat sesuai rencana. Tapi di tengah perjalanan kita akan kembali pulang."
"Mengapa begitu?"