Mohon tunggu...
Jarang Makan
Jarang Makan Mohon Tunggu... Freelancer

Penggemar content manajemen, pengembangan diri, dan fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Meniti Jalanan Setapak 45

18 Juli 2025   16:23 Diperbarui: 24 Juli 2025   14:55 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

"Oh, iya ya. Betul juga. Gara-gara gerombolan itu acara berburu kalian jadi berantakan."

"Haha, mungkin sedang bukan harinya dapat rezeki."

Kedatangan seorang pembantu perempuan paruh baya menghentikan percakapan Widura dan Bondalika. Ia membawa sebuah nampan dengan seonggok ubi rebus, singkong rebus, dan beberapa jenis jajanan serta minuman hangat. Dan karena kehadiran makanan tersebut, Widura menghentikan latihannya.

"Wah, sebulan aku tinggal di rumah ini, perutku bakal jadi gendut." Ucap Widura sambil melahap sepotong makanan hangat.

Bondalika tidak menjawab apa-apa, ia hanya tertawa mendengar celetukan temannya itu.

Sementara dua anak itu menikmati makanan hangat di teras samping, di bagian lain rumah itu Ki Sriram dan Ki Jeri berbincang serius. Mereka merencanakan kepergian mereka di hari ini.

"Jadinya nanti seperti apa rencana Ki Jeri? Kita tetap berangkat ke kadipaten? Atau membatalkan kepergian kita?" Ki Sriram meminta pertimbangan dari pengawal kepercayaannya.

"Kita akan berangkat dan tidak berangkat, Tuan."

"Maksudnya?"

"Kita hari ini akan tetap berangkat sesuai rencana. Tapi di tengah perjalanan kita akan kembali pulang."

"Mengapa begitu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun