Energi Bersih dan Terjangkau
Meski terdengar tidak berkaitan langsung, drip botol justru sejalan dengan semangat SDG 7, karena sistem ini tidak membutuhkan energi listrik atau bahan bakar.Â
Tidak seperti pompa air konvensional atau sistem irigasi otomatis yang membutuhkan daya, drip botol sepenuhnya mengandalkan gravitasi untuk mendistribusikan air.Â
Ini menjadikannya sebagai solusi zero energy dan sangat cocok untuk daerah tanpa akses listrik.
Sistem ini juga mengurangi jejak karbon karena meminimalisir penggunaan alat bertenaga listrik dan sekaligus mengurangi pemborosan air, salah satu komponen penting dalam keberlanjutan energi global.
Implementasi di Lapangan
Sejumlah komunitas di Indonesia telah mempraktikkan irigasi drip botol sebagai bagian dari gerakan urban farming dan sekolah hijau.Â
Di berbagai kota seperti Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, dan Makassar, sistem ini mulai dikenal sebagai solusi irigasi hemat dan praktis, khususnya di lingkungan dengan lahan terbatas.
Misalnya, beberapa sekolah di bawah binaan program Adiwiyata telah mengintegrasikan drip botol ke dalam kurikulum pembelajaran berbasis proyek, mengajarkan siswa pentingnya air, energi, dan ketahanan pangan.Â
Sementara di pedesaan, ibu-ibu kelompok PKK dan petani kecil memanfaatkan botol bekas untuk menyiram tanaman sayur seperti kangkung, bayam, tomat, dan cabai tanpa perlu menyiram manual setiap hari.
Tantangan dan Harapan
Meski sistem drip botol sederhana dan mudah diterapkan, tantangan tetap ada.Â