Mohon tunggu...
Jandris Slamat Tambatua
Jandris Slamat Tambatua Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana MSDM, Competency Assessor

"Manusia Kerdil Yang Berusaha Mengapai Bintang"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Teringat Ayah...

29 April 2023   19:37 Diperbarui: 30 April 2023   09:12 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jika hening ku menusuk diri

Luluh riuh bayang kian menari
Mengurai angan melingkar duri

Jika hening ku penuh misteri
Memendam rasa di balik mentari
Jernihkan ingatan lamunan ku sendiri

Dalam keheningan lamunan teringat ayah tercinta dengan tawa, canda, amarah, senyuman kini sirna sudah.

Bahkan pada akhir hidupnya ia masih mengajak ku bercanda dan berpulang tepat sebelum hari raya itu tiba.

Ia berpulang selamanya saat semua orang mudik ke kampung halaman.

Mereka yang datang ke upacara pemakamannya adalah orang-orang yang rela sejenak meninggalkan sanak saudara.

Terima kasih kami yang tak terhingga untuk itu.

Pada hari itu pula kami merayakan hidupnya yang semarak dengan karya.

Karya-karyanya yang masih juga ia pikirkan, bahkan pada hari-hari awal di atas ranjang rumah sakit.

Samar ia berkata, "Aku harus sembuh.
Ada keinginan yang belum selesai."
Meski saat itu sisi kanan tubuhnya sudah mulai rapuh.

Bulan itu di hari kelabu yang porak poranda dengan cara yang indah.

Lantai ruang tunggu pasien ICU menjadi ruang kelas tempat sekali lagi mengeja sabar dan syukur.

Hingga genap 2 hari pertempuran.

Beberapa hari sebelum kepulangannya, aku tahu ayah sedang menjalani peperangan yang tidak akan ia menangkan.

Detik-detik sebelum detak jantungnya berhenti, di sisi ranjang aku menangisi segala perkara yang belum selesai.

Segala harapannya pada anak-anak yang tak sanggup aku penuhi.

Semua kekecewaan yang barangkali ia bawa tiap hari dalam lelap.

Semua silang sengkarut yang tak punya titik temu.

Namun aku bersyukur diberi waktu untuk menemani dalam dua pekan terakhir hidupnya.

Seseorang baru benar-benar tiada jika ia telah dilupakan.

Namun ayah aku telah lama mengabadikan diri dalam karya-karyanya.
Bahagia di surga, Ayah...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun