"Kandang gak pernah tidur, dan dokter hewan gak pernah benar-benar istirahat."
Pagi di Kandang
Ketika mobil putihnya berhenti di depan gerbang peternakan, matahari baru muncul di balik kabut tipis. Udara bercampur bau dedak, serbuk kayu, dan ammonia --- aroma yang hanya dimengerti orang yang hidup di dunia ini.
Rangga menggulung lengan baju, mengenakan sepatu boot, dan masuk ke lorong kandang. Ribuan ayam berbaris rapi dalam kandang tertutup, sebagian tampak tenang, sebagian lain tampak gelisah.
"Pak Sarto, ventilasi semalam lancar?"
"Agak tersumbat, Dok. Kipas sempat mati setengah jam."
Rangga mengangguk pelan. "Itu bisa bikin ayam stres. Stres bikin imunitas turun, dan produksi pasti ikut jatuh."
Ia mengambil seekor ayam, memeriksa matanya, mulut, dan lendir di hidung.
"Lihat ini. ND dan IB bisa kambuh bersamaan. Kita harus perkuat program vaksinasi."
Pak Sarto menatapnya ragu. "Lagi, Dok? Biayanya lumayan, lho..."
"Kalau kita menunda, nanti rugi lebih besar, Pak. Vaksin itu bukan beban, tapi perlindungan."