Mohon tunggu...
Irfan Suparman
Irfan Suparman Mohon Tunggu... Penulis - Fresh Graduate of International Law

Seorang lulusan Hukum yang hobi membaca dan menulis. Topik yang biasa ditulis biasanya tentang Hukum, Politik, Ekonomi, Sains, Filsafat, Seni dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dua Sisi Rania

19 April 2021   22:36 Diperbarui: 20 April 2021   00:23 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi oleh penulis

"Aku di dekatmu" sahut Rania.

"Sedangkan aku tak bisa melihatmu." Jawab Nuri.

"Aku ingin bertemu denganmu, melihat, memelukmu" Rania berbicara di depan kaca.

"Aku berada dalam dirimu, peluklah aku maka peluk dirimu sebagaimana mestinya." Jawab Nuri.

Nuri mati, setahun yang lalu. Karena kecelakaan kapal. Kapal yang dia tumpangi tenggelam di samudera pasifik. Tiga puluh hari setelah kematiannya, Rania tidak henti-hentinya menatap kaca, sesekali dia memeluk dirinya sendiri. Bagi Rania, Nuri adalah lebih dari pada dirinya sendiri. Nuri menjadi dirinya, Rania menjadi Nuri. Seperti itulah jiwa mereka. Kadang saat marah, Rania menjadi seperti Nuri, ia sering berpidato seperti bahasa Jerman namun tidak ada yang dimengerti dari kosakatanya.

"Ikiv Navek Lah Osch Veskap Nip Van Harrn Wah, Swarg Nach. Von Kaver Doi Nahm, Pah."

Suatu waktu Rania sedang makan malam bersama keluarganya. Di meja makan tersedia daging babi, telur dadar serta buah-buahan segar. Saat itu suasana berubah ketika Rania, memakan buah Apel dan melemparkan buah apel itu kepada dirinya. Kemudian babi itu dia ambil, dia tempelkan pada tubuhnya. Semuanya panik, ibunya Rania dan bibi Jay pun panik serta adik-adiknya panik. Bibi Jay yang panik langsung memanggil seorang pendeta yang jaraknya sekitar 600 meter dari rumahnya. Sambil menunggu pendeta itu datang, Rania masih terus berbicara dengan dirinya sendiri.

"Kenapa kau tak mau makan?" Tanya Rania.

"Ikh Vakhen Vollen Hamp" Jawabnya sendiri.

"Kalau kau tak bisa makan babi, lalu kau mau apa?"

"Krok navekh nahm ich mach sans rah brok mah"

"Dasar tolol! Ini itu tidak mau, kau hanya membuatku menderita"

Pendeta datang dan tiba-tiba Rania teriak tidak karuan. Semua memegang Rania dengan ketakutan. Pendeta terus membacakan alkitabnya. Rania masih saja terus berbicara tidak jelas dengan bahasanya yang tidak dimengerti. Rania menderita, Rania sakit namun tidak ada yang memahami bahwa dirinya benar-benar menginginkan Nuri hadir sebagai penyembuh jiwanya.

Kejadian tersebut sudah berlangsung selama hampir empat bulan setalah kepergian Nuri. Setelah diberikan obat-obatan, akhirnya kondisi Rania membaik. Seorang Psikiater telah mendiagnosis bahwa Nuri mengidap Piskosis akut. Rania beranggapan bahwa kadang Nuri bersama dirinya dalam satu tubuh yang bersamaan. Rania menganggap bahwa Nuri adalah tulang rusuknya yang kadang dia patahkan sendiri. Sampai-sampai Rania pernah terbaring seharian akibat dia membenamkan dirinya dalam kubangan lumpur saat musim hujan, kemudian berenang bersama para babi dan menyebut nama Nuri. Sejak peristiwa itu Rania mendekap dalam penjara kamarnya selama lima hari, tanpa udara dan cahaya matahari yang menembus kulitnya. Pada hari terakhir Rania dikurung di kamarnya, kulitnya berdarah-darah, lengannya dicakar-cakar olehnya sendiri dan tetap meneriaki Nuri sang kekasih hatinya.

Sekarang hari dimana Nuri meninggal. Selama ia meninggal, Rania tidak pernah memuluk kuburannya karena bangkai Nuri sudah habis dimakan ikan-ikan buas pasifik. Pada hari sebelum kejadian tenggelamnya kapal yang ditumpangi Nuri, dari Pasifik ia sempat mengabari kepada Rania dan berjanji bahwa setelah sampai di pelabuhan dia akan langsung menggedor rumah Rania dan melamarnya di depan Ibu, Bibi Jay serta keluarga Rania yang lain. Hanya selang beberapa menit saja setelah Nuri menelepon Rania, kapal itu diterkam badai. Beritanya sampai ke rumah-rumah di Selandia Baru. Ada sebuah kapal besar diterkam badai di Samudera Pasifik. Kala itu Rania telah mengandung anak dari Nuri, kematian Nuri membuat Rania saat itu mencoba melakukan percobaan bunuh diri dengan menggunakan fermentasi kimia dari jamur ajaib. Ia konsumsi 1 Kg jamur mentah sendirian dan dengan minuman alkohol. Satu hari tergeletak di kasur dengan darah-darah bercucuran disekitar tubuhnya, serta busa yang keluar dari mulutnya. Bibi Jay yang melihat kondisi Rania pun langsung membawanya ke klinik terdekat dan langsung mendapatkan pengobatan. Rania menggugurkan anaknya, seorang anak dari Nuri. Kekasih yang mati diterkam badai di Pasifik.

Hari ini ia berencana membuat kuburan untuk Nuri, dekat kandang babi miliknya. Ia beri nama nisan itu dengan nama Nuri Kekasihku. Ditaburi kuburan itu dengan bunga, air serta kayu salib. Rania cukup waras untuk hal demikian, dia berdoa atas nama Tuhan untuk Nuri. Kuburan kosong atas nama Nuri akan diperingati dan diziarahi oleh Rania. Bibi Jay yang menemani Rania sudah tua dan kasian melihat Rania terus menderita karena cintanya yang pupus serta harapannya yang diterkam badai. Pasifik akan terus dipuja dalam hidupnya sebagai pelaksana penderitaan hidup Rania.

Kuburan Nuri sudah menghijau, pinggirannya dihiasi batu-batuan yang cantik. Hampir setiap hari, Rania selalu membersihkan dan memberi doa kepada kuburan Nuri. Doa yang Rania panjatkan adalah doa kebahagiaan kelak ditempat yang entah apa namanya. Hanya bersama Nuri, menjadi burung-burung yang bisa terbang, menjadi ikan-ikan yang berenang mengikuti arus serta menjadi angin. Rania akan selalu bersama Nuri, begitupun Nuri. Sambil membersihkan kuburan, Rania berdendang dan menari-nari. Raut majahnya bahagia. Terdengar teriakan dari dalam rumah yang memanggil Rania kencang. Oh, itu ternyata Bibi Jay. Dia pasti sedang memasak babi, pasti akan ada pesta di rumah Rania kali ini. Hari ini adalah perayaan ulang tahun Kilkis, adik laki-laki Rania yang baru saja masuk sekolah dasar.

"Iya bibi, Jay sebentar." Rania pun langsung menghentikan aktivitasnya dan langsung menuju dapur.

"Ada apa bibi, Jay?" Tanya Rania.

"Kilkis, dia belum pulang dari sekolahnya. Nanti kalau sudah pulang kau ajak dia pergi ke tukang cukur ya. Nanti malam akan ada pesta besar di keluarga ini. Kau juga harus cantik, ada yang ingin bertemu denganmu, Rania". Bibi Jay sambil memotong-motong babi.

"Baik, bi. Tapi siapa yang akan datang dan menemuiku?" Tanya Rania.

"Dia adalah ponakan dari Pak Pendeta Kuwis, baru saja pulang dari Selandia." Jawab bibi Jay.

"Oh, aku hanya ingin bertemu satu orang di dunia ini" Tatap Rania serius.

"Nuri? Nuri sudah mati nak. Kau yang terus berdoa untuknya. Kau juga yang merawat kuburannya" Jawab bibi jay sambil memasukan daging ke Panci.

"Nuri tidak mati, dia ada disini!" Rania menunjuk dirinya sendiri.

"Huft, iya dia masih hidup dalam dirimu, tapi..." Belum selesai bibi menjawab, Rania sudah membantah dengan bahasa anehnya.

"Ikh Vakhen Hev Nach, Osh Kaph Nuri. Rania Vans Kshap" sambil menghentak dan keluar dapur.

Bibi Jay yang mendengar Rania kumat lagipun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Anak itu cantik, Bibi Jay sangat menyayangi Rania. Tapi mengapa hanya karena harapan yang begitu besar kepada seorang manusia bisa membuatnya begitu menderita. Rania menderita karena harapan-harapan dan bualan yang selalu Nuri tunjukan padanya. Nuri hanya bisa berjanji namun tidak bisa menepatinya. Hati Rania yang hancurpun selalu disatukan dengan perlahan dengan kelembutan Bibi Jay. Sejak, Ayah Rania wafat Bibi Jay sering membantu Ibu Nuri mengurus peternakan milik keluarga mereka. Bibi Jay rela tidak dibayar, baginya keluarga ini sudah menjadi keluarganya sendiri. Namun sikapnya pada Rania menunjukan bahwa Bibi Jay benar-benar menyayangi seorang anak seperti anak kandungnya sendiri. Mendengar kisah cinta Rania yang tragis, Bibi Jay turut serta memikirkan kondisi kesehatan mental Rania. Bibi Jay lah yang berusaha membawa Rania kembali pada kesadaran dirinya sebagai seorang manusia normal. Ketika Rania dikurung, Bibi Jaya yang sering memberinya makan dan kalau marah Bibi Jay lah yang menenangkannya. Sementara itu, ibu Rania selalu sibuk dengan dunianya. Dunia gemerlap malam.

Bibi Jay pergi menyiapkan makanan di meja makan. Kilkis pulang dengan Rania dan potongan rambut Kilkis yang rapih. Ruangan di tata sedemikian rupa seperti pesta yang megah tapi tidak terlalu boros. Ada kue ulang tahun diatas meja, buah-buahan segar, daging babi panggang yang aromanya sampai ke hidung para petani di seberang jalan. Tersedia minuman anggur merah di meja dan beberapa sirup serta minuman segar lainnya. Semua ini dibuat untuk merayakan hari ulang tahun Kilkis. Adik dari Rania, seorang yang matanya bengkak sebelah karena sejak lahir disengat lebah dan mengalami pembengkakakan yang tidak kunjung kempes sampai usianya saat ini berusia tujuh tahun.

"Selamat Ulang Tahun, anakku sayang." Kecup Ibu Rania kepada Kilkis.

"Selamat Ulang Tahun Kilkis" Bibi Jay pun turut mengucapkan.

Pintu terketuk. Datang keluarga bapak pendeta Kuwis bersama ponakannya yang baru saja menyelesaikan studinya di Selandia Baru. Namanya Rudi, kumisnya tebal dan memakai kacamata serta cukuran rambutnya yang membuat dia mengkilat dan tak lupa sepatu kulitnya juga mengkilat. Pokonya serba mengkilat. Dia membawa sebuah kado berupa kotak sedang.

"Ini untukmu, dari Selandia" sambil memberi dengan senyum kepada Kilkis.

"Terimakasih telah mengundang, kami sekeluarga ke acara ulang tahun anak anda. Kami sangat senang bisa berkunjung kesini. Dan terimakasih atas sambutannya" Pak Kuwis memberi sapa kepada mereka semua.

Ibu Rania mulai menyuruh mereka untuk duduk dan bersantap hidangan yang sudah disediakan oleh keluarga Rania. Sementara itu Rania menyiapkan piring-piring untuk para tamu, kemudian Rudi menatap Rania dengan takjub. Karena hari itu, Rania benar-benar cantik. Seperti seseorang yang tidak pernah mengalami kecelakaan jiwa sebelumnya. Saat itupun Rudi mulai berdiri dan berkenalan dengan Rania.

"Emm, Namaku Rudi." Menjabat kepada Rania.

Namun Rania tidak mau menjawab dan berusaha untuk menjauh dari Rudi. Bibi Jay yang sadar akan ketakutan Rania pun menegur Rania. Sehingga Rania mau berjabat tangan dengan Rudi.

"Ra..Ni..A" menjawab dengan terbata-bata.

"Maaf, mari kita nikmati makanan dan pesta hari ini" Bibi Jay berusaha mengalihkan semua suasana kedalam pesta.

"Bagaimana keadaannya, Bibi Jay. Apakah dia sudah membaik setelah kejadian setahun yang lalu?" Tanya Pak Kuwis.

"Puji Syukur, keadaannya jauh lebih baik dari pada bulan-bulan lalu. Namun, dia masih beranggapan bahwa laki-laki itu masih berada dalam dirinya." Jawab Bibi Jay.

"Tak begitu, kondisi Rania sudah baik." Tegas dari Ibu Rania.

"Dia sudah tidak apa-apa" jelasnya lagi.

Rudi yang kebingungan pun hanya menerka-nerka yang terjadi di keluarga ini. Rudi menatap Rania semakin aneh, karena sikap dinginnya yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Rudi terus memperhatikan Rania.

"Rania, ingin anggur. Bi" pinta Rania.

Rudi langsung mengambilkan segelas anggur untuknya, seketika itu Rania diam dan suasana mulai menjadi hening.

"Bi.." sahut Rania.

"Iven schap.." gerutu Rania.

Gelas yang ditaruh di depan Rania kemudian diambil oleh Rudi kembali. Suasana masih hening namun berubah ketika Kilkis senang sekali membuka kado dari Rudi yang berisi jam weker. Jam itu berbunyi keras sekali dan menganggetkan suasana hening. Semua orang tertawa kecuali Rania. Rania masih diam dan tak mau memegang apapun. Ia hanya menatap piring dan meja-meja dengan tatapan kosong.

"Rania memang begitu, nak Rudi. Ia belum terbiasa dengan orang baru. Ia takut, sangat takut" Bibi Jay memberitahu Rudi kondisi Rania.

"Oh, begitu" tatapan Rudi mulai sinis.

"Oh, iya bagaimana sekolah mu di Selandia?" Ibu Rania mulai bertanya.

"Sekolah disana sangat membosankan, aku hanya bergaul dengan teman-teman daerah tidak dengan warga sipil sana. Tapi, Selandia negara yang baik untuk dikunjungi. Kami akan berlibur lagi kesana setelah aku berkunjung ke Manado bulan depan." Jawab Rudi antusias.

"Mengapa kau tidak mau bergaul dengan orang sana?" Tanya Ibu Rania.

"Mereka selalu membahas soal Papua Merdeka, aku tidak ingin ikut campur kondisi politik negeriku sendiri. Bagiku, urusan politik hanya bisa diselesaikan dibawah meja. Setelah itu, mereka menjadi para penguasa diatas meja dan kursi-kursinya. Menjadi badut bagi masyarakatnya. Jadi, aku hanya fokus pada karya-karyaku." Jawab Rudi dengan yakin.

"Hey, kau tidak boleh begitu. Kau harus tah keadaan negerimu sendiri." Sangkal Pak Kuwis.

"Ya, namanya tidak mau tahu dan tidak mau urus." Jawab Rudi.

"Anak muda, sangat gigih pendiriannya. Setelah ini kau akan bekerja dimana?" Tanya Ibu Rania.

"Aku masih belum tahu. Yang pasti aku akan bekerja sebagai peternak sapi di kampung ini." Jawab Rudi dengan nyeleneh.

"Jauh-jauh dari Selandia, datang hanya untuk jadi perternak sapi! Hahaha, bualan apa ini." Ledek Ibu Rania.

Rudi tertawa dan semuanya pun ikut tertawa masih terkecuali Rania. Rania masih termenung, tak ada hidangan yang disantap juga minuman dibiarkan begitu saja. Rania sudah mulai gelisah. Nampaknya ia akan kumat.

"Iven schap namph?" Tanya Rania ke Rudi.

"Hah?" Rudi kebingungan.

Semua menatap Rania aneh, Bibi Jay mulai mendekati Rania dan mengelus-ngelus Rania. Rudi dan Pak Kuwid nampak tegang. Ibu Rania pun terbengong dan Kilkis ketakutan melihat kakanya yang berbicata ngawur. Rania terus mengoceh dan melantur tentang Nuri dengan bahasa anehnya itu.

"Ikh Vakhen Nuri, Okh Mapk Rania, Pasifik Nampj Hut Jay Mah Ram Schap Nap." Oceh Rania sambil menatap Bibi Jay.

Rudi yang melihat kondisi Rania seperti ini pun nampak panik, dan bertanya pada Pak Kuwis. Tentang kondisi Rania.

"Dia kenapa, om ?" Bisik Rudi.

"Dia gila!" Jawab Pak Kuwis.

"Kau mau menyerahkan ponakanmu pada orang gila? Benar-benar kau. Aku ini normal" bisik ketus Rudi ke Pak Kuwis.

Setelah gelagat Pak Kuwis dan Rudi yang semakin risih, akhirnya mereka memutuskan untuk pergi meninggalkan pesta dan keluarga Rania dengan alasan masih ada kunjungan ke rumah sakit menjenguk teman yang sedang dirawat.

"Terimakasih atas hidangan dan pestanya. Semua kami nikmati, hanya saja waktu kami tidak cukup untuk menghabiskan dan bercerita. Kami masih harus mengunjungi teman kami di Rumah Sakit." Ucap Pak Kuwis.

Bibi Jay mempersilahkan mereka untuk membawa makanan, namun mereka menolaknya dengan manis. Barulah mereka bergegas menuju pintu keluar. Bibi Jay nampaknya sadar kalau Rudi tidak bisa menerima kondisi Rania seperti ini. Bibi Jay masih memeluk Rania yang sedang kumat, tidak ada yang sesayang ini pada Rania kecuali Bibi Jay. Ibunya pun sudah tidak peduli. Ibunya langsung pergi ke kamar, Rania menatap ibunya yang sedang berjalan dan meneteskan air matanya. Bibi Jay menghapus air mata Rania. Kilkis yang ketakutan keluar bermain bersama teman-temannya.

"Aku tidak ingin yang lain, bi" Rania menangis di pelukan bibi Jay.

"Aku hanya ingin, Nuri. Mengabarkanku dari kuburnya. Aku memikirkan ia, bagaiamana dia disana. Kuburan yang kubersihkan tidak mengandung jasad Nuri."

Bibi jay hanya mengelus-ngelus Rania. Dia mendengarkan dan merasakan kekecewaan Rania. Sudah satu tahun lebih Rania menderita. Pikiran tentang Nuri tidak pernah berubah menjadi bahagia. Momen bahagia selalu saja menjadi derita apabila Nuri tiba-tiba hadir dalam jiwa Rania. Rania yang semakin membaik harus terus menjalani siksaan yang kadang datang tidak diundang. Dengan tiga kali percobaan bunuh diri yang selalu gagal. Rania sudah berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Sekarang di ruangan itu hanya ada Rania dan Bibi Jay serta bekas pesta ulang tahun Kilkis.

Pagi yang mendung digegerkan dengan berita kehilangan. Seseorang telah membunuh babi milik keluarga Rania. Babi iu dibunuh dalam keadaan sedang hamil. Ususnya keluar serta janinnya dibiarkan menyatu dengan lumpur-lumpur. Kepala babi dibelah menjadi empat dengan bentuk yang tidak beraturan. Hidungnya menjadi di pantat. Siapakah seseorang yang telah tega melakukan perbuatan keji seperti ini kepada keluarga Rania. Para tetangga yang terkejut mendengar peristiwa tersebut berhamburan datang menyaksikan langsung mutilasi babi di peternakan seorang keluarga yang anaknya selalu berduka. Mereka melihat dengan miris dan tak percaya. Masalahnya kejadian seperti ini belum pernah terjadi sebelumya. Tetangga yang merasa jijik mulai muntah-muntah karena daging babi itu mengeluarkan bau amis yang menyengat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun