Mohon tunggu...
Nurul Pratiwi
Nurul Pratiwi Mohon Tunggu... Penulis - Fresh Graduate, Penulis

Tertarik dengan dunia literasi, jurnalistik, fotografi, psikologi, dan kesehatan mental.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Iftar Jama'i, Kegiatan yang Penuh Dua Sisi

14 Maret 2024   11:03 Diperbarui: 14 Maret 2024   11:08 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pexels.com/Sami Abdullah

Iftar jama'i atau dalam bahasa Indonesia adalah buka bersama, adalah kegiatan berbuka puasa bersama di sebuah tempat yang sudah ditentukan. Berbuka puasa bersama ini bisa dengan siapa saja, seperti bersama keluarga, teman-teman, anak-anak yatim piatu, atau bersama masyarakat sekitar lingkungan. Tempatnya itu bisa di rumah, restoran, kafe, mengundang ke rumah, atau di masjid.

Sudah 3 tahun aku memilih tidak ikut buka bersama atau iftar jama'i di luar. Aku memilih buka puasa bersama dengan keluarga di rumah atau diajak orang tua datang ke acara berbuka puasa bersama yang diadakan instansi beliau bekerja. Kalaupun diajak teman, aku lebih selektif mana yang akan aku ikuti. Aku tidak berselera lagi buka puasa bersama dengan teman-teman. 

Iftar jama'i atau buka puasa bersama itu penuh dengan dua sisi sesuai pengalamanku sejauh ini. Sisi satu, kita bisa berkumpul lagi dengan teman-teman, paling tidak melepas penat setelah aktivitas pagi atau siangnya dengan suasana berbeda. Berkumpul itupun juga terhitung ibadah tentu saja, silaturrahmi. Kita juga bisa jadi Salat Tarawih berjamaah sama mereka.

Namun, di sisi lain berbuka puasa bersama itu seringkali dalam sesi sharing sama teman-teman, atau masyarakat sekitar, justru jadi ajang memenuhi keingintahuan orang akan kehidupan kita, pamer apa yang kita punya, pamer pencapaian. Percakapan jadi kemana-mana. Terkadang kita bertemu jadinya bicara ya sama yang itu-itu saja orangnya. Bagiku, kalau sudah bertemu itu alangkah baiknya kita juga membuka percakapan dengan orang yang belum pernah kita ajak bicara. Jadi, lebih dari sekadar bertemu muka, melihat, lalu membatin "Oh, dia datang rupanya. Alhamdulillah."

Pada 3 tahun lalu itulah aku mulai memberikan tantangan pada diri untuk tidak ikut buka bersama dengan teman-teman dan selektif kalau tidak bisa menolak. Aku pun berhasil. Tahun lalu aku juga berhasil. Alhamdulillah bisa konsisten selektif untuk ikut buka puasa bersama bahkan tidak ikut sama sekali. Ternyata setelah dijalani, selektif bahkan memilih untuk tidak ikut buka bersama itu menenangkan.

Aku selalu punya harapan, agar buka bersama dengan teman-teman dan masyarakat sekitar tentu saja yang utama, jadi lebih terarah lagi, tidak menjadi ajang memenuhi keingintahuan orang akan kehidupan kita. Aturlah ke arah yang lebih baik, misal ada Salat Tarawih berjamaah, atau misalnya membuat permainan seru-seruan yang mengajak untuk memberikan inspirasi dan semangat bagi teman-teman atau masyarakat sekitar. Bisa saja inspirasi dan semangat itu ternyata membuat yang tidak semangat jadi semangat, yang tidak mendapat ide jadi mendapat ide, intinya bermanfaat untuk orang-orang yang hadir. Bisa juga dengan doa bersama yang lebih lama dari biasanya. Aku harap nanti itu bisa dilakukan, oleh aku atau siapapun itu. Aku tahu itu tidak mudah, tapi aku yakin siapapun kita, bisa melakukannya nanti.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun