Mohon tunggu...
Irfan Suparman
Irfan Suparman Mohon Tunggu... Penulis - Fresh Graduate of International Law

Seorang lulusan Hukum yang hobi membaca dan menulis. Topik yang biasa ditulis biasanya tentang Hukum, Politik, Ekonomi, Sains, Filsafat, Seni dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dua Sisi Rania

19 April 2021   22:36 Diperbarui: 20 April 2021   00:23 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi oleh penulis

"Dia kenapa, om ?" Bisik Rudi.

"Dia gila!" Jawab Pak Kuwis.

"Kau mau menyerahkan ponakanmu pada orang gila? Benar-benar kau. Aku ini normal" bisik ketus Rudi ke Pak Kuwis.

Setelah gelagat Pak Kuwis dan Rudi yang semakin risih, akhirnya mereka memutuskan untuk pergi meninggalkan pesta dan keluarga Rania dengan alasan masih ada kunjungan ke rumah sakit menjenguk teman yang sedang dirawat.

"Terimakasih atas hidangan dan pestanya. Semua kami nikmati, hanya saja waktu kami tidak cukup untuk menghabiskan dan bercerita. Kami masih harus mengunjungi teman kami di Rumah Sakit." Ucap Pak Kuwis.

Bibi Jay mempersilahkan mereka untuk membawa makanan, namun mereka menolaknya dengan manis. Barulah mereka bergegas menuju pintu keluar. Bibi Jay nampaknya sadar kalau Rudi tidak bisa menerima kondisi Rania seperti ini. Bibi Jay masih memeluk Rania yang sedang kumat, tidak ada yang sesayang ini pada Rania kecuali Bibi Jay. Ibunya pun sudah tidak peduli. Ibunya langsung pergi ke kamar, Rania menatap ibunya yang sedang berjalan dan meneteskan air matanya. Bibi Jay menghapus air mata Rania. Kilkis yang ketakutan keluar bermain bersama teman-temannya.

"Aku tidak ingin yang lain, bi" Rania menangis di pelukan bibi Jay.

"Aku hanya ingin, Nuri. Mengabarkanku dari kuburnya. Aku memikirkan ia, bagaiamana dia disana. Kuburan yang kubersihkan tidak mengandung jasad Nuri."

Bibi jay hanya mengelus-ngelus Rania. Dia mendengarkan dan merasakan kekecewaan Rania. Sudah satu tahun lebih Rania menderita. Pikiran tentang Nuri tidak pernah berubah menjadi bahagia. Momen bahagia selalu saja menjadi derita apabila Nuri tiba-tiba hadir dalam jiwa Rania. Rania yang semakin membaik harus terus menjalani siksaan yang kadang datang tidak diundang. Dengan tiga kali percobaan bunuh diri yang selalu gagal. Rania sudah berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Sekarang di ruangan itu hanya ada Rania dan Bibi Jay serta bekas pesta ulang tahun Kilkis.

Pagi yang mendung digegerkan dengan berita kehilangan. Seseorang telah membunuh babi milik keluarga Rania. Babi iu dibunuh dalam keadaan sedang hamil. Ususnya keluar serta janinnya dibiarkan menyatu dengan lumpur-lumpur. Kepala babi dibelah menjadi empat dengan bentuk yang tidak beraturan. Hidungnya menjadi di pantat. Siapakah seseorang yang telah tega melakukan perbuatan keji seperti ini kepada keluarga Rania. Para tetangga yang terkejut mendengar peristiwa tersebut berhamburan datang menyaksikan langsung mutilasi babi di peternakan seorang keluarga yang anaknya selalu berduka. Mereka melihat dengan miris dan tak percaya. Masalahnya kejadian seperti ini belum pernah terjadi sebelumya. Tetangga yang merasa jijik mulai muntah-muntah karena daging babi itu mengeluarkan bau amis yang menyengat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun