De Huize Mblarah, 30 Januari 2025
Ditulis untuk Seri Hari Hari Puisiku 126
Catatan Kaki
Sebuah renungan, pernahkah engkau merasa tak dianggap ? Tak diakui ada, walau ada, tapi tak diajak. Semua makan makan, kau ditawari saja tidak, apalagi diundang. Siapa yang pura pura tidak tahu ? Tuhan memberimu perasaan agar kau punya empati. Punya mata untuk melihat. Punya telinga buat mendengar. Seolah hanya kalian yang bisa. Yang mampu. Yang ahli. Yang lain itu, apa. Lupa segala yang mungkin bisa saja terjadi. Muncul tiba tiba, tak disangka. Walau dianggap tak ada, jejaknya tetap ada. Tetap berkarya. Mampu isi ruang ruang kosong tak terjamah.
Tak kenal maka tak sayang. Jadi bagaimana bisa sayang jika kenal saja tidak. Atau mungkin sedang pura pura lupa. Tahu, tapi seolah olah tak melihat. Jangan jangan sebuah kehadiran dianggap musuh ? Ya, karena ku sadar berangkat ku dari latar belakang yang beda. Pergumulanku bisa dibilang salah tempat.
Jadi apa hikmah dari curhat ini ? Apakah protes kekecewaan ? Untuk siapa ? Pada siapa ? Inilah salah satu tahap pendewasaan diri. Jadi diri sendiri itu punya sikap, pendirian dan cara yang unik. Silahkan yang iri dengki dengan cara sinting menyebar fitnah penuh hoax. Itu hak mu, tapi sebuah karma tetap ada di lingkup semesta ini. Bukan mengancam, sok suci atau mau benar versi sendiri. Untuk apa bertarung dengan orang orang yang tidak bisa diajak maju ?
Mari ciptakan semangat membara untuk jadi diri sendiri yang unik. Dan bahagia itu tercipta karena mampu bersyukur dengan jadi dirinya sendiri. Iri dengki adalah kegagalan yang membuat diri lupa cara introspeksi. Koreksi orang lain bisa. Adili orang lain paling hebat. Ndilalah tak mampu melihat diri sendiri siapa. Yang egois siapa dong ?
Segala Yang Mungkin adalah wacana bahwa dunia apapun itu punya warna dan akan membangun pengalaman baru bagi yang mau terus mengeksplore menuju perubahan lebih baik hari demi hari.
Bismillah mari sambut hal hal baru yang luar biasa tergantung dari mana melihatnya. Tapi jangan lupa, melihat dan menilai itu harus dari sisi yang lebar, luas, adil dan seimbang. Yang merasa paling benar dan paling ahli, artinya belum mampu Tepo sliro, sebagaimana ajaran luhur nenek moyang bangsa ini sendiri.
Ingin baca Seri Hari Hari Puisiku yang lain, silahkan klik link sbb :
https://www.kompasiana.com/tag/hari-hari-puisiku
Ubur ubur Ikan Lele
Kolam Lele Kolam Nila
Mau tidur Rebahan di Bale
Tak perlu repot hal sepele, tunjukan Segala yang mungkin dengan Yakin bisa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI