Aku ingat juga wajah Ibu yang tersenyum setelah operasi. Wajah adikku yang senang bisa kuliah.
Semuanya dari uang ini. Uang kotor. Uang haram. Uang fitnah. Entah uang apa lagi namanya.
Aku tutup laptop lalu pulang. Setibanya di kamar aku berbaring di kasur. Menatap langit-langit kamar yang retak-retak.
Ponselku berbunyi. Pesan dari Bang Rizal. "Gimana? Lo lanjut atau nggak?"
Jariku melayang di atas keyboard. Mau ngetik apa? Mau jawab apa?Â
Aku melihat pantulanku di layar HP yang gelap. Wajah Mustofa. Buzzer. Penyebar hoax. Pembunuh karakter.
Aku menaruh HP. Memejamkan mata.
Besok aku akan jawab. Malam ini, aku hanya ingin tidur. Dan bermimpi jadi Mustofa yang lain. Mustofa yang masih punya hati nurani. [IM]
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI