Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote, Meredam Langit | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mesin Nomor 7

13 Oktober 2025   08:38 Diperbarui: 13 Oktober 2025   08:38 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Leticia Ribeiro : https://www.pexels.com

Tapi suaraku hilang di dentangan ribuan mesin lain.

Aku coba matikan mesin. Tapi tombolnya macet. Mesin terus berjalan. Jarum bergerak sangat cepat. Tidak terkendali.

Aku panik. Aku coba angkat kain. Tapi jari telunjukku tersangkut.

KREK.

Rasa sakit luar biasa menjalar. Jariku tertusuk jarum. Dalam. Sampai ke tulang.

Aku teriak. Tapi tidak ada yang dengar.

Aku tarik tangan. Jari telunjukku... robek. Darah muncrat. Banyak sekali.

Aku jatuh dari kursi. Mesin masih berjalan. Jarum masih naik turun dengan cepat, sekarang menghisap kain yang sudah berlumuran darahku.

"TOLONG! TOLONG!"

Akhirnya ada yang dengar. Mesin-mesin mulai dimatikan. Orang-orang berkerumun.

Pak Hendro datang. Melihat jariku. Melihat darah. Mukanya pucat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun