Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote, Meredam Langit | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mesin Nomor 7

13 Oktober 2025   08:38 Diperbarui: 14 Oktober 2025   18:09 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Leticia Ribeiro : https://www.pexels.com

Tapi ternyata tidak cukup. Butuh 10 juta. 

Aku tidak tahu harus bagaimana.

***

Sebulan kemudian, aku kembali ke pabrik. Jari telunjukku masih kaku. Tidak bisa gerak.

"Poniyem, kamu tidak bisa kerja di produksi lagi. Jari kamu rusak. Kamu pindah ke bagian pengemasan saja. Gaji 1.8 juta," kata HRD.

Satu juta delapan ratus ribu. Turun dari dua juta dua ratus. Aku terima. Aku tidak punya pilihan lian.

Bagian pengemasan ini lebih berat. Angkat-angkat kardus. Angkat-angkat barang. Jari telunjukku yang rusak ini sangat sakit sekali setiap kali aku bekerja. Tapi aku tahan.

Gaji 1.8 juta. Dikurangi cicilan utang 500 ribu per bulan. Sisa 1.3 juta. Kirim ke kampung 1 juta. Sisa 300 ribu untuk hidup sebulan di Jakarta.

Aku mulai makan dua hari sekali. Berat badanku turun drastis. Tulangku hanya terbungkus kulit saja sepertinya.

***

Dua bulan kemudian, Ibu telepon lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun