Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

4 Dilema Pertumbuhan Populasi Manusia, Antara Persaudaraan Universal dan Kepentingan Individu Negara

18 November 2022   21:07 Diperbarui: 19 November 2022   11:42 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi jumlah populasi manusia di dunia telah mencapai angka 8 miliar. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Tawaran solusi ini tentu saja sangat ideal. Ya, hal ini karena solusi ini lebih terkait soal konsep dan isi kepala manusia. Sederhananya saya bisa formulasikan bahwa, jika negara-negara punya gagasan tentang persaudaraan universal (universelle Bruderschaft), maka persoalan kepadatan penduduk suatu negara bisa dibicarakan bersama dan bisa menjadi jalan tengah.

Coba bayangan andaikan kepadatan pendudukan Surya membludak, maka saat ini tentu saja sudah teratasi karena sekian banyak penduduk Surya yang hidup di Jerman. Atau umumnya dalam beberapa tahun ini ada lebih dari 4 juta orang asing hidup dan tinggal di Jerman.

Semua itu bisa terjadi karena ada kolaborasi gagasan yang dipadukan dengan dasar konsep spiritualitas (Spiritualität)persaudaraan universal. Semua manusia itu adalah saudara. Dalam hal ini Jerman dan beberapa negara di Eropa tidak lagi idealis, tetapi sudah terjun ke solusi praktis saat ini, mereka menjadi saudara bagi yang lainnya.

Sekali lagi hal yang menjadi kendala sebenarnya bukan soal kuantitas atau jumlah manusia, tetapi kualitas manusia. Jika semakin banyak manusia dan semakin banyak yang egois dan tidak peduli pada orang lain, maka dunia ini benar-benar punya problem.

Sebaliknya jika manusia penghuni dunia ini masih punya hati yang bisa menerima orang lain dari negara lain untuk hidup bukan sebagai tetangga saja, tapi sebagai saudaranya, maka persoalan dan kekhawatiran mungkin tidak parah.

Apakah agama-agama tidak mengajarkan persaudaraan universal?

Saya sangat yakin bahwa agama yang dianut manusia di bumi ini pasti mengajarkan pasal tentang persaudaraan. Setiap pemeluk agama umumnya tahu itu. 

Dalam satu diskusi singkat dengan satu mahasiswa asal Indonesia yang atheis, dia menjelaskan bahwa dia bisa mencintai dan dia tahu tentang yang baik dan buruk dari hatinya, dia tahu siapa itu teman seperjuangan yang membutuhkan perhatiannya.

Dari kenyataan itu, saya percaya bahwa sebab utama dari kekacauan dunia ini bukan karena populasi manusia, tetapi karena semakin banyak manusia yang tidak peduli pada manusia lainnya, tidak peduli pada kaidah agamanya dan semakin banyak manusia yang tidak takut pada Tuhannya. 

Saya bisa mengatakan bahwa betapa berbahayanya dunia ini, jika semakin banyak manusia yang hidup dan dipengaruhi oleh ajaran radikalisme misalnya. Coba bayangkan dari 8 miliar itu, ada 1 juta saja, tentu saja sudah sangat menakutkan kehancuran dunia.

Nah, sekali lagi, ini hanya contoh bahwa dunia dan bumi akan jadi nyaman dan terawat, jika manusia punya konsep dan gagasan yang benar, punya mental dan kualitas hati yang baik; ya sekurang-kurangnya punya spiritualitas persaudaraan universal.

Salam berbagi, ino, 18.11.2022. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun