Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

FOMO Sebagai Penyakit Baru Para Pecandu Media Sosial

21 Januari 2019   12:54 Diperbarui: 20 Januari 2024   11:28 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: 123rf.com)

Peserta dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama, mereka yang tetap melakukan kebiasaan mereka menggunakan media sosial. Sedangkan kelompok kedua akses ke tiga platform (Facebook, Snapchat dan Instagram) dibahtasi hanya 10 menit setiap hari.

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang sangat jelas antara penggunaan media sosial dan pertambahan tingkat depresi dan kesepian. Disebutkan oleh Hunt bahwa dengan menggunakan lebih sedikit media sosial dibanding dengan biasanya, akan menyebabkan penurunan depresi dan kesepian.

Penelitian dikatakan oleh Hunt menemukan dua hal penting.

Pertama, media sosial erat kaitannya dengan sikap 'perbandingan sosial ke bawah'. Ketika sedang berselancar di media sosial terkadang muncul pikiran bahwa "setiap orang lebih keren, lebih sering bersenang-senang dan ini membuat Anda merasa ditinggalkan atau terkucil". Inilah yang disebut Hunt sebagai demoralisasi (KBBI: kemerosotan akhlak; kerusakan moral).

Kedua, dikatakan oleh Hunt: Setiap menit yang Anda habiskan di dunia maya adalah menit-menit di mana Anda tidak bekerja, tidak bertemu teman untuk makan malam atau bicara panjang lebar dengan teman. Padahal kegiatan-kegiatan di dunia nyata merupakan kegiatan yang dapat meningkatkan kepercayaan diri dan bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri.

[Baca juga: Candu Baru Itu Bernama Media Sosial]

Pertemanan dan informasi yang diperoleh di dunia maya tidak menggambarkan kondisi nyata sebagai realitas sosial di social settings. Ribuan teman dan puluhan ribu yang me-like posting-an di dunia maya bukanlah teman di dunia nyata karena al. ada mesin yang bisa mencontreng tanda like.

Kabar Burung

Sedangkan yang terkait dengan informasi atau berita tidak perlu risau merasa ketinggalan karena ada media mainstream yang tidak akan pernah menyampaikan informasi bohong (hoax). Media-media massa cetak juga mempunyai situs online sehingga berita selalu aktual.

Informasi yang dikemas jadi berita di media massa mainstream adalah informasi yang sudah diverifikasi dan dikonfirmasi dengan sumber-sumber yang berkompeten sehingga tidak mungkin hoax.

[Baca juga: Bukan "Berita Bohong" tapi "Informasi Bohong atau Palsu"]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun