Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

FOMO Sebagai Penyakit Baru Para Pecandu Media Sosial

21 Januari 2019   12:54 Diperbarui: 20 Januari 2024   11:28 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: 123rf.com)

Celakanya, banyak pengguna media sosial justru pacandu hoax, terutama dari kalangan 'the haters' yang selalu mencari-cari informasi sesuai dengan kata kunci kebencian mereka.

[Baca juga: "Penggemar" Hoax Justru Mengabaikan Berita Faktual di Media Mainstream]

Kemasan informasi di media massa dan media online terverifikasi di Dewan Pers Indonesia berbeda dengan cara netizen menulis informasi dan posting-an yang mereka lakukan hanya berdasarkan 'kabar burung', isu, posting-an, dll. Maka, tidaklah mengherankan kalau kemudian puluhan orang yang menyebarkan hoax dan ujaran kebencian jadi penghuni sel penjara di balik jeruji besi karena melawan hukum sesuai dengan larangan di UU ITE.

[Baca juga: Soal Tahun Kelulusan Jokowi, Inilah Beda antara (Kerja) Wartawan dan Netizen]

Salah satu cara yang mudah untuk mengetahui apakah sebuah media, media massa dan media online, sudah terverifikasi di Dewan Pers adalah dengan lihat informasi tentang media tsb. yaitu: (a) Alamat redaksi harus ada nama jalan lengkap dengan RT, RW, Kelurahan sampai kode pos, (b) Susunan redaksi mulai dari pemimpin umum sampai wartawan, (c) Nomor telepon berupa telepon rumah (fixed phone), dan (d) Penerbitnya harus berbentuk badan hukum berupa perseroan terbatas (PT).

Maka, kalau takut ketinggalan informasi diatasi dengan melihat status atau informasi di media sosial yang didapat bukan ketenangan tapi justru kegelisahan karena bisa jadi informasi yang diperoleh adalah hoax.

Satu kaki pengguna media sosial ada di penjara. Maka, ketika hoax disebarkan hanya karena kebencian itu artinya kaki yang satu lagi akan menyusul dan badan pun terkurung di sel penjara.

[Baca juga: Ujaran Kebencian yang Mengganjal Kemajuan Bangsa]

FOMO juga disebut sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi pola tidur. Padahal, beberapa studi dan penelitian menunjukkan pola tidur erat kaitannya dengan kesehatan. Pola tidur terganggu karena kecanduan terhadap media sosial apalagi kalangan penggemar hoax dan 'the haters'.

Memang, apa pun risikonya banyak orang akan tetap hidup dengan kebiasaan mereka dalam menggunakan ponsel agar terhubung dengan media sosial. Itu artinya risiko ada risiko kesehatan, depresi dan kesepian yang akan jadi beban psikologis.

Maka, sudah selayaknya kita simak nasihat Hunt ini: Perlu sedikit perubahan. "Secara umum saya ingin mengatakan, lupakan telpon Anda dan habiskan lebih banyak waktu dengan orang-orang." (sumber: VOA Indonesia, ABC News dan sumber-sumber lain). *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun