Mohon tunggu...
Iin Andini
Iin Andini Mohon Tunggu... Guru - Pribadi

Guru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Si Tukang Ojek Tua

16 November 2021   12:48 Diperbarui: 16 November 2021   13:12 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pangkalan Ojek, Sumber Gambar: megapolitan.okezone.com

"Kenapa, Pak?" tanya Rini menegaskan pertanyaan Dita.

Pak Suryo merasa tidak pantas menceritakannya. Apalagi menyangkut masa kelamnya dulu. Namun, Pak Suryo juga tidak mungkin menyimpannya. Toh, permasalahannya sudah lama terjadi dan Pak Suryo sudah menerima semua ganjarannya. Bahkan, ganjaran hidup yang dia terima. Pak Suryo merasa bersalah akan masa mudanya yang kelam.

Pak Suryo lalu mulai memberanikan diri menceritakannya. Dia mengambil napas yang panjang, menyiapkan mental agar tidak meneteskan air mata. Pak Suryo menceritakan mulai dari masa remajanya yang sudah sengsara. Ayahnya adalah seorang preman di sekitar pasar Jaya. Akhirnya, jiwa premanismenya muncul. Ketika SD, Pak Suryo lebih memilih ke pasar bersama ayahnya daripada harus belajar membaca dan berhitung di kelas. Atau Pak Suryo lebih memilih ikut pamannya menjadi kuli bangunan.

Sampailah ketika Pak Suryo berumur 20 tahun. Ayahnya meninggal. Pak Suryo begitu kehilangan. Pak Suryo bingung jika harus menjadi kuli atau tukang palak di pasar. Belum lagi, di umur 20 tahun, Pak Suryo sudah menikahi gadis pengamen yang akhirnya bercerai juga. Pak Suryo kemudian memilih menjadi kuli bangunan. Jika tidak ada kerjaan, Pak Suryo menjadi pencopet di terminal beberapa tahun.

Mendengar jawaban Pak Suryo, Dita dan Rini sedikit merinding. Dita dan Rini seolah-olah tidak percaya.

"Bapak menjadi pencopet di terminal?" tanya Dita.

"Iya. Sampai akhirnya kejadian nahas itu terjadi," kenang Pak Suryo.

Di terminal itu, Pak Suryo mengikuti seorang wanita yang baru pulang dari kantor. Akhirnya, Pak Suryo pura-pura menjadi penumpang di sebuah angkot. Sebenarnya sopir-sopir angkot juga tahu bahwa dirinya adalah pencopet. Namun, kadang mereka hanya diam karena biasanya akan diancam balik oleh pencopet.

Kebetulan yang mengendarai angkot tersebut adalah seorang sopir yang bisa dibilang terkenal baik di antara sopir-sopir yang lain. Ketika Pak Suryo mengambil dompet wanita tersebut, Pak Sopir itu melihat kelakuan Pak Suryo.

"Copet!" teriaknya. Wanita itu langsung memukul Pak Suryo dengan tasnya. Karena rencananya gagal, Pak Suryo tidak terima dan mengancam sopir itu.

"Apa? Kamu mengancam saya? Saya tidak takut!" jawab sopir tersebut. Pak Suryo langsung memaksa sopir itu turun dari mobil dan memukulnya. Sopir pun tidak tinggal diam. Akhirnya terjadilah perkelahian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun