Mohon tunggu...
Iin Andini
Iin Andini Mohon Tunggu... Guru - Pribadi

Guru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Si Tukang Ojek Tua

16 November 2021   12:48 Diperbarui: 16 November 2021   13:12 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pangkalan Ojek, Sumber Gambar: megapolitan.okezone.com

"Oh, yang di sebelah rumah makan Padang? Kalau itu Bapak tahunya MM, Nak!" jawabnya dengan tertawa.

Dita menyesal akan perkataannya. Sejak saat itulah Dita selalu meminta Pak Suryo menjempunya sepulang kerja. Cara dia menjemput Dita adalah mengetahui jam pulang Dita. Pasti selalu diingatkan Usman untuk menjemput Dita. Setelah beberapa hari Pak Suryo tidak menjemputnya, Usmanlah yang selalu menjemputnya.

Pak Suryo bercerita bahwa andaikan waktu diulang, dia akan sekolah. Ternyata sekolah itu penting. Dulu ketika orang tuanya menyuruhnya untuk bersekolah, Pak Suryo memilih mencari duit. Menurutnya, sekolah tidak menghasilkan duit. Akhirnya, Pak Suryo selama ini menjadi kuli bangunan.

***

Jam sudah menunjukkan pukul 16.00. Saatnya Dita pulang. Dita berencana ke rumah Pak Suryo dengan mengajak Rini. Sebelumnya, Dita sudah meminta alamat Pak Suryo. Menurut Pak Agus bisa saja dia sedang sakit karena asam lambungnya sering naik.

Dita langsung memesan taksi online. Setelah taksinya datang, Dita dan Rini langsung berangkat. Tidak lupa Dita membawakan beberapa sembako yang dibelinya di mini market tempat Dita bekerja.

Sesampainya di lokasi tempat Pak Suryo, Dita dan Rini langsung turun dari mobil di depan sebuah masjid. Kebetulan ada beberapa lorong yang ada di situ, Dita mencoba menanyakan kepada orang-orang yang menongkrong di sebuah warung. Hampir semua orang mengenalnya. Dita baru tahu ternyata Pak Suryo dulu adalah seorang preman.

"Oh Preman Sur. Nanti Mbak masuk lewat lorong di sebelah kanan itu dan lurus saja sampai ketemu kontrakan bercat hijau," jawab salah satu pemuda yang menongkrong di warung tersebut.

"Preman?" tanya Rini bingung.

"Iya. Waktu remaja Pak Sur ini preman di Pasar Jaya. Tapi setelah itu tobat dan menjadi kuli bangunan. Ha-ha-ha!" jawabnya dengan sambil tertawa. Dita yang mendengar cerita itu semakin salut dengan Pak Suryo. Dita tidak melihat jiwa premanisme di dalam diri Pak Suryo.

Dita dan Rini lalu menyusuri rumah kontrakan yang ditunjukkan salah satu pemuda di warung itu. Kontrakan di situ terlihat kumuh. Para penghuninya duduk di depan pintu lorong yang dilalui Dita dan Rini. Dalam hati Dita bersyukur alm. bapaknya meninggalkan sebuah rumah sehingga tidak perlu mengontrak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun