Mohon tunggu...
Meti Irmayanti
Meti Irmayanti Mohon Tunggu... Lainnya - senang membaca, baru belajar menulis

Dari kota kecil nan jauh di Sulawesi Tenggara, mencoba membuka wawasan dengan menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Abdul si Bocah Tukang Pikul

2 Maret 2024   12:35 Diperbarui: 2 Maret 2024   12:40 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bocah tukang pikul di pasar Kendari (Foto: flickr.com) 

Hampir dua kali dalam seminggu saya bertemu dengan bocah ini di pasar sentral di kotaku, saat saya pergi berbelanja kebutuhan dapur dan keluarga. Usianya sepantaran dengan anak saya, tubuhnya kurus berbalut baju lusuh yang mungkin hanya tiga atau empat lembar yang bergantian dikenakannya saat saya bertemu dengannya.

Satu yang membuatku kagum padanya adalah binar matanya yang terkesan cerdas dengan senyum yang tak pernah lepas dari bibirnya saat menyapaku. Ia pintar menarik hati dengan keramahannya yang berbanding terbalik dengan sosoknya yang ringkih dan sedikit lusuh dengan balutan pakaiannya yang itu itu saja.

Seperti biasanya, ketika saya turun dari mobil Ia sudah ada di depanku, menatapku dengan pandangan polosnya yang cerdas sambil menyunggingkan senyum sembari berkata dengan riang "pikul! tante? Tanyanya menggoda. Saya tersenyum dan meraih kepalanya lalu mengelus rambutnya yang dicat pirang lucu, entah oleh siapa.

Aku lantas menggandeng tangannya lembut menyeberang jalan menuju ke pasar. Abdul, begitu bocah ini menyebutkan namanya saat pertama berkenalan denganku sekitar hampir setahun lalu saat wabah covid mulai mereda.

Abdul akan selalu ikut di belakangku saat berbelanja. "Tante, jangan beli ikan itu. Itu pakai formalin" Atau "Tante jangan beli buah itu, itu di karbit" bisiknya sambil menarik tanganku menuju ke tempat penjual yang jualannya bagus, saya tersenyum bersyukur punya agen spionase andal di pasar ini.

Abdul selalu sigap mengambil belanjaanku dari tangan penjual, lalu meletakkannya ke kayu pikulannya, mulanya saya selalu awas saat awal-awal memakai jasanya memikul barang belanjaanku, takut kalau-kalau Ia melarikannya.  

Tapi itu dulu, sekarang saya tidak khawatir lagi, Abdul sangat bertanggungjawab dan bisa diandalkan. Saya juga sempat meragukan kekuatan fisiknya untuk mengangkat barang belanjaanku yang menurutku cukup berat, mengingat tubuhnya yang ringkih.

Tetapi sungguh membuatku terkagum-kagum, Abdul mampu mengangkat sebanyak apapun belanjaan untuk kebutuhan 3-4 hariku, tanpa terlihat kewalahan dan kelelahan, Ia begitu kuat, sekuat tekad dan semangatnya untuk mencari uang, yang entah untuk kebutuhan apanya?

Abdul sudah hapal jadwal rutin belanjaku, seminggu dua kali Ia pasti menunggu mobilku datang dan menungguku turun dengan senyuman yang terkulum di bibirnya. Hari ini pasar begitu ramai dan padat, saya kesulitan mencari tempat parkir, yang akhirnya membuat saya parkir agak jauh dari pasar.

Saya kemudian berjalan menuju ke tempat Abdul biasa berdiri menungguku, Ia terlihat kaget begitu melihatku berjalan kaki. Sebelum Ia bertanya, saya jelaskan kalau mobilku parkir di lorong sebelah pasar. Ia kemudian tersenyum lalu memanduku menerobos kepadatan pasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun