Mohon tunggu...
Idris setiawan
Idris setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Sang Pencinta Keheningan

Dari hidup kita belajar berjuang. Dan dari Tuhan kita belajar iklas. Tak ada perhentian yang akan indah selain mati dengan bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerbung 2 : Sari dan Candra (Cinta dan Terpisah) Part.2 Sari Wanita Tercantik di Kelas

3 Juli 2020   17:24 Diperbarui: 21 Juli 2020   22:29 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam makin dingin, aku masih duduk di teras ruang tamu. Angin berhembus perlahan, seolah berbicara bahwa kerinduanku kepada Sari makin tinggi. Tapi apalah dayaku kini, Sari akan menikah dengan pilihan orang tuanya. Harusnya aku pun bahagia. 

"Lagi apa ndok. Kok melamun?" Tanya Mamak mengagetkanku.

"Ah gak Mak. Candra gak melamun. Hanya lagi ngeliatin langit aja, kayaknya mau hujan."

"Ooh. Ya lah.. Mamak si percaya aja. Yaudah kamu mau Mamak buatin Teh gak?" Tanya Mamak yang masih berdiri di sebelah kursi ruang tamu.

"Iya Mak. Mau.. " 

"Yaudah. Mamak buatin dulu." Jawab Mamak sembari berjalan menuju dapur.

Kini tinggal Mamak, wanita yang ku sayang dalam hidupku. Dulu ada sosok Sari, tapi yaa.. sudahlah. Ku ambil handphone yang tergeletak di atas meja. Ku buka kunci pola dan kemudian masuk ke dalam laman Facebook pribadiku. 

Beranda depan penuh dengan status politik, bahkan kejadian yang sedang viral beberapa bulan terakhir ini. Ku geser turun laman Berandaku, ku lihat banyak unggahan foto-foto orang yang sedang jalan-jalan. Ada yang memposting foto pacar mereka, ada yang memposting makanan, hingga berjualan di Facebook, dan masih banyak postingan lainnya. 

Seketika mataku tertuju ke pemberitahuan di laman paling atas beranda Facebook ku. Ku klik dan disana muncul beberapa pemberitahuan, dari pertemanan hingga aktivitas orang yang mengikutiku dari menglike, dan mengomentari statusku.

Tapi dari semua itu, ada satu pemberitahuan berupa Kenangan beberapa tahun silam yang ternyata tanggal hari ini memiliki Kenangan di beberapa tahun silam. Ku klik dan begitu kagetnya aku, di saat pemberitahuan Kenangan itu terbuka. Di bagian paling atas terdapat foto Sari dan aku kurang lebih 7 Tahun yang lalu. 

Sebuah Foto yang masih menggunakan seragam putih abu-abu. Sebuah foto yang memiliki memori mendalam tentang Sari. Sebab, foto itu di ambil disaat aku dan Sari masih kelas 2 SMA. 

"Sari cantik ya can?" Tegur Mamak mengagetkanku. Segera ku klik kembali dan mematikan handphoneku.

"Ah. Gak juga Mak. Biasa aja."

"Alaa.. Ia sekarang bilangnya begitu, coba kemarin-kemarin? Kan beda lagi. Hehe" Mamak yang ngeledek sembari meletakkan teh ke atas meja. 

"Oh ia can. Sari itu anaknya gak cuman cantik? Tapi juga baik. Mamak juga suka sama Sari. Sayang.. dia bukan jodoh kamu?!" Ungkap Mamak sambil duduk di sebelahku.

"Hm.. Jodoh itu rahasia tuhan Mak. Yang sudah? Biarlah sudah. Jangan di kenang atau di ungkit lagi. Takutnya hanya akan menimbulkan sakit hati. Ujung-ujungnya mengiklaskan itu bakal sulit untuk putramu ini Mak."

Mendengar jawabanku Mamak tersenyum,

"Semuanya ada sama kamu can. Mamak gak bisa tau perasaan kamu sebenarnya. Apa kamu terluka atau tidak. Tapi sebagai Ibu? Mamak seneng, kamu ngelakuin yang terbaik untuk Sari."

"Ia Mak. " sembari meminum air teh yang sudah di buatkan mamak.

Malam ini makin dingin, memang terasa ada yang kurang? Tapi .. yasudahlah. Aku harus kuat demi mereka yang berada di dekatku, bisikku dalam hati.

"Kamu masih inget gak can? waktu itu Sari perna bilang bahwa kamu itu laki-laki yang aneh. Sari bilang ke Mamak, katanya kamu itu selain aneh juga lucu." Mamak yang memperhatikan wajahku.

"Hm.. ia apa Mak? Ya.. mungkin perasaan Sari aja."

"Hm! Yaudah gak usa di terusin bahas Sari nya. Takutnya? Nanti dia kesel kalo makan kan kasihan. Hehe yaudah Mamak masuk kamar dulu. Nanti kalo air habis tehnya jangan lupa langsung tidur can. Besok kamu kan kerja!."

 "Ia Mak. Lagian baru jam 9 malam. Nanti kalo sudah ngantuk Candra langsung tidur."

"Yaudah Mamak ke kamar ya can." Sembari beranjak dari kursi dan berjalan menjau meninggalkan aku sendirian di ruang tamu.

"Iya Mak." Jawabku.

Bila bicara mengenai Sari memang gak bakal ada habisnya. Sebab Mamak begitu menyukai Sari. Bagi Mamak, Sari adalah kriteria terbaik untuk di jadikan menantu. Tapi pada kenyataannya? Aku dan Sari harus terpisah dan melupakan satu dan lain. Memang Jodoh itu di tangan Tuhan ucapku dalam hati.

Kembali ku hidupkan handphone yang tadi ku matikan karena kepergok oleh Mamak. Ku buka pola, dan langsung muncul ke bagian Foto Sari yang tadi tak sempat ku keluarkan. Kenangan 2 Februari 2013 begitu membekas.

Ku coba meletakkan kepalaku di ujung kursi sembari membayangkan ulang, kenangan 7 tahun silam. 

Waktu itu di dalam kelas,

"Can.. can. Mau tau gak ada berita baru?" Tegur Andri teman sekelasku.

"Ah.. berita apa? Palingan juga tentang cewek kelas sebelah. Basi ah An. Dah sana! Aku lagi buat PR pak mus, kamu mau aku di hukum gara-gara gak buat PR..?"

"Iya iya.. tapi ini lebih spektakuler dari cewek-cewek kelas sebelah Can. Anggi yang paling cantik di kelasnya aja lewat." Andri yang terus menggangguku. 

"Hm.. An..!" Aku yang mulai kesal. 

"Makanya dengerin dulu! Ini ni berita yang spektakuler. Lebih dari si Anggi apalagi ibu guru favorit kamu? Si Ibu Milia. Pasti kamu terkejut deh.." Andri yang mencoba menjelaskan dan menutup buku ku. 

"Hm..?? Yaudah apa. Awas kalo gak Se spektakuler seperti tadi kamu bilang. Kamu yang bakal aku tendang keluar kelas An!" Aku yang jengkel sembari menghela nafas. 

"Tunggu-tunggu.. Ayo ikut aku dulu. Ngerjain PR nya nanti di terusin." Sambil menarikku keluar kelas. 

"Ya yaa ya. " jawabku.

Sesampainya di depan kelas. Di lapangan ada 1 mobil mewah yang terparkir.

"Hm.. lagi ada penjabat yang mampir ke Sekolah ya An. Apa Artis Ibu Kota? Yang capek-capek mampir ke sini." Jawabku dengan melas dan capek. 

"Ini lebih dari itu Can. Udah tunggu aja sebentar!" Andri yang terus memaksa.

"Dah ah. Aku gak berminat ngelihat penjabat yang sok-sok memberi bantuan kalo lagi musim caleg. Terus apalagi Artis? Yang suka cari sensasi biar di liput Media. Dah ah! Aku mau ngerjain PR aja. "Aku yang memalingkan muka dan mulai berjalan ke arah kelas. 

"Can.. tunggu dulu sebentar napa?!"

"Males An. Mendingan buat PR?!" Aku yang telah emosi dan pergi meninggalkan Andri di Taman depan kelas. 

Ku lihat hampir semua Laki-laki di kelas sebelah keluar menuju lapangan. Dan ada juga siswi kelas sebelah yang asik memperhatikan ke arah Lapangan. Tapi aku tetap berjalan menuju kelas. Memang seperti ada rasa ingin tau ada apa? Tapi langkahku tetap mengajak ku berjalan dan kembali ke dalam kelas. 

"Can..!" Andri yang langsung memegang tanganku. Merangkul dan menolehkan wajahku.

"Lihat itu..! Buka matamu lebar-lebar." Ucap Andri.

Aku pun mulai memperhatikan. Ku lihat Pak Kepala Sekolah sedang mengobrol dengan seorang Laki-Laki tua menggunakan setelan jas hitam. Dan tak lama nampak sebuah jilbab di sebelahnya. Ku perhatikan, ku coba menfokuskan. Di saat laki-laki tua itu berpaling dan mau masuk ke dalam mobil, wajah wanita itu terlihat. Dengan pakaian putih abu-abu, dengan tas sandang pink sepatu hitam. Jilbab polos berkacamata. Alis yang tipis, bibir yang tipis, wajah bersih kemerah-merahan. Dan di saat ia tersenyum, begitu manis dan cantik. 

Laki-laki tua itu mungkin Ayahnya. Mulai masuk ke dalam mobil dan meninggalkan dia beserta guru-guru dan kepala sekolah. Mobil pun berjalan menjau dan keluar pagar sekolah, para Laki-laki seisi sekolah memperhatikan dia. Mungkin kagum dengan kecantikannya. 

"Spektakuler kan Can?" Pertanyaan Andri mengagetkanku. 

"Biasa aja." Jawabku.

"Hahah biasa aja dari mana? Kamu aja terpaku. Haha" sindirnya.

"Dah, aku mau masuk ke kelas. Sebentar lagi bel masuk." Aku yang kembali berjalan menuju ke dalam kelas. 

"Can?? Tapi dia cantik ya kan can?" Andri yang merangkulku dan mulai mengikutiku berjalan kedalam kelas.

"Cantik itu relatif An. Semua wanita / siswi di sini juga cantik. Tapi kalau akidah dan moralnya baik? Nah itu baru tergolong cantik." 

"Ya lah. Kalo bapak Candra sudah berkata? Aku bisa apa. Haha" ledek Andri.

Aku pun mulai duduk di bangku ku dan mulai meneruskan mengerjakan PR. Tak lama PR ku selesai, bel masuk pun berbunyi.

Pelajaran pertama hari ini adalah Mate-matika. Dimana gurunya adalah Ibu Nila. Ibu Nila pun masuk kedalam kelas, bersama Kepala Sekolah. Dan dari belakang mereka turut mengiringi si bintang yang baru masuk ke Sekolah kami. Dengan langkah pelan, dan senyum yang manis ke arah kami. Ia mulai memasuki kelas. 

"Assalammuallahikum." Tegurnya.

Spontan seisi kelas membalas, "Wa'alahikum salam."

"Assalammuallahikum. Anak-anak?" Sapa pak Kepala Sekolah"

"Wa'alahikum salam." Jawab serentak seisi kelas.

"Begini. Hari ini kalian mendapatkan teman baru, pindahan dari Kota Padang. Nak sini.. ?" Dengan memanggil siswi baru itu.

Kami hanya memperhatikan.

"Ternyata lebih cantik dari dekat Can." Bisik Andri ke telingahku.

"Hus. Diem kita dengerin dulu Pak Kepala Sekolah." Bisik ku balik.

"Hem.. Can? Andri? Dengerin bapak ngomong. Apa kalian berdua yang pengen gantikan bapak ngomong di sini!?" Tegur pak Kepala Sekolah.

Seisi kelas memperhatikan kami berdua. 

"Gak pak. Maaf, terusin informasinya pak." Sahut ku.

"Yaudah. Dengerin semuanya? Siswi ini namanya Sari, Pindahan dari kota Padang. Dia akan menjadi bagian dari kelas ini. Tolong jangan ganggu dia okee.. bapaknya galak! Paham Andri, Candra?." 

"Lah kok saya pak?" Jawab Andri.

"Iya, kamu kan terkenal sering ganguin siswi-siswi kelas sebelah kan?! Hh" ledek pak Kepala Sekolah.

Andri pun malu di buat pak Kepala Sekolah. Dan bersembunyi di belakangku. 

"Yaudah .. biar lebih enak, Sari? Silakan perkenalkan diri kamu." Tanya pak Kepala Sekolah kepada Siswi baru. 

Wanita itupun mulai maju. Seisi kelas mulai makin memperhatikan. Andri yang tadi menyembunyikan mukanya di balik punggungku pun menampakkan wajahnya. 

"Assalammuallahikum." Ucapnya.

"Wa'alahikum salam."

"Perkenalkan, nama saya Sari. Saya pindahan dari Kota Padang. Alamat di Desa Suka Cinta, 3 Beradik anak terakhir. Ayah seorang TNI ibu Perawat di Rumah Sakit."

"Ohh... wajar aja kata Pak Kepala Sekolah Bapak kamu galak sar. Soalnya TNI. Haha" ujar Andri. 

Di iringi tawa seisi kelas.

"Iya bapak saya TNI. Dia Kopasus Angkatan Darat. Tapi jangan malu atau takut berteman dengan saya hanya karena Ayah saya seorang TNI." Jawabnya.

"Oke deh.. hm. Kalo boleh tau? No telepon kamu berapa? Takutnya nanti kalo ada PR kan aku bisa kasih info gitu sar. Hehe" jawab Andri.

"Hm... memang bener kata pak Kepala Sekolah. Hehe ya nanti aja bahas yang itu. Hm! Apa masih ada pertanyaan yang lain?"

"Hu... mulai modusnya. "Saut siswi lain.

"Hahha... gak lah modus. Oh ya sar? Kalo boleh tau. Pacar..? Atau bodygoard uda ada belum? Kalo belum saya mau calonin diri. Haha"

"Mulai mulai.." sahut ku.

Seisi kelas menjadi tertawa.

"Hm! Alhamdulillah belum punya. Lagian ada Ayah saya? Tapi kalo mau calonin diri. Datang ketemu Ayah saya! Itu pun kalo berani hehe. "

Suasana makin ramai.

"Ayo di tantangin tu.." bisikku.

"Ah kamu Can, bukannya bantuin."balik bisik Andri.

"Gak Sar. Gak jadi.. soalnya bapak kamu Galak. Haha"

hahha seisi kelas tertawa dan Sari pun tersenyum menyikapi jawaban Andri. Yang dia tau hanya gurauan saja.

"Yaudah cukup sampai sana perkenalannya. Pelajar Bu Nila akan segera di mulai. Sari? Silakan duduk di sana sebelah dengan Andini."

"Iya pak." Sahut siswi baru itu. Dan siswi itu mulai duduk di sebelah bangku Andini.

"Andini?, Andri?" Andini dan Andri mengenalkan diri mereka. Tenyata Andri telah bergerak cepat. Setidaknya dapat berkenalan duluan dengan siswi baru. 

Begitu terkejut diriku di saat menyaksikan bahwa siswi baru itu tidak mau berjabat tangan dengan lawan jenis. Ia hanya mengangkat tangan dan tersenyum.

Andri kembali kebangkuku dengan bahagia. Ku lihat Pak Kepala Sekolah sudah selesai dan mulai berjalan keluar dari kelas. Ibu Nila pun memulai pelajaran.

"Candra?" Panggil ibu Nila.

"Iya bu?" Sahutku.

"Sudah siapkan, jam pelajaran akan kita mulai."

 "Baik bu. Baiklah semuanya.. berdiri! Beri Salam!"

 Itu pertama kali aku melihat Sari. Siswi baru pindahan dari Kota Padang. Seorang putri bungsu Abdi Negara. Begitu cantik dan menawan hati laki-laki yang melihatnya. Jujur akupun terpaku di waktu itu. Tapi ya sudahlah. Kini sudah 7 tahun dari kejadian itu.  Sari, jangan perna menangis lagi. kamu tau? Aku begitu menyayangimu. Aku mundur, karena sadar diriku siapa. Dan tentunya semuanya kulakukan demi kebaikanmu .. SARI.

....... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun