Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Penulis - Freelance Writer

Saat ini, selain tertarik mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat, ia terus belajar menulis serta sangat terpikat pada jurnalisme dan sastra. Perspektifnya sangat dipengaruhi oleh agama dan filsafat.

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Pilihan

Perlawanan Kultural Melawan Politik Uang: Upaya Mewujudkan Demokrasi yang Bersih

21 Januari 2024   15:35 Diperbarui: 21 Januari 2024   15:35 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para Pembicara dalam Talkshow "Rasan-rasan Demokrasi: Desa Bisa Apa?" Foto: Dokumentasi GUSDURian Yogyakarta

"Dalam Pemilu, kita tidak sedang memilih malaikat, namun kita sedang memilih orang yang derajat setannya paling kecil."

Itu adalah pernyataan Wasingatu Zakiyah, aktivis Perempuan Anti Politik Uang sekaligus inisiator Desa Anti Politik Uang, dalam talkshow bertajuk Rasan-rasan Demokrasi: Desa Bisa Apa? 

Talkshow ini merupakan rangkaian Haul Gus Dur ke-14 di Pura Jagatnata, Banguntopo, Banguntapan, Bantul, DI Yogyakarta, pada Jumat, 19 Januari 2024 lalu.

Politik uang (money politics) masih menjadi borok dalam perpolitikan Indonesia.  Zaki - sapaan akrab Wasingatu Zakiyah - adalah salah satu aktivis anti politik uang yang gigih melawan praktik ini.

Zaki mengatakan, kriteria calon pemimpin yang baik adalah tidak terlibat dalam politik uang, tidak menyelewengkan kekuasaan, dan tidak mengandalkan orang dalam.

Dalam rasan-rasan tersebut, GUSDURian Yogyakarta juga menghadirkan Wahyudi Anggoro Hadi, Lurah Panggungharjo, Bantul. Wahyudi mengakui bahwa politik uang menjadi tantangan serius bagi demokrasi di tingkat desa. 

Ia mengatakan bahwa hampir mustahil menjadi lurah tanpa dukungan kekuatan uang.

Dalam kesempatan itu, Wahyudi juga menyampaikan pandangannya tentang pentingnya demokrasi di tingkat desa. Ia mengatakan bahwa demokrasi di desa merupakan proses politik yang penting untuk mengembangkan kapasitas politik dan pemimpin agar tidak terkontaminasi oleh politik uang.

Kapasitas politik dan pemimpin ini sangat terbantu oleh proses politik yang bersih. Oleh karena itu, politik bersih sangat dibutuhkan untuk mewujudkan desa yang maju dan demokratis.

“Pemilihan dan kontestasi itu orientasinya menjaga proses politik. Kapasitas politik dan pemimpin ini sangat terbantu oleh proses politik, sehingga politik bersih sangat dibutuhkan. Dan akhirnya, Panggungharjo bisa menjadi seperti sekarang ini,” kata Wahyudi.

Dalam kesempatan itu, Nur Kholik Ridwan, pembicara ketiga dalam rasan-rasan ini, menyampaikan pandangannya tentang cara melawan politik uang. Ia mengatakan bahwa perlawanan kultural perlu dilakukan oleh masyarakat dan komunitas, seperti Jaringan GUSDURian.

Perubahan budaya masyarakat untuk melawan politik uang memerlukan perlawanan kultural. Perubahan ini tidak harus langsung berhasil 100 persen, tetapi dapat dimulai dari kelompok kecil, dari tingkat desa, atau dari level komunitas.

Oleh karena itu, kita tidak boleh antipati terhadap politik praktis, politikus, dan negara secara umum. Yang perlu kita waspadai adalah praktik politik yang merugikan, perilaku korupsi politikus, dan sistem pemerintahan yang tidak bermoral.

Nur Kholik Ridwan melanjutkan bahwa untuk membentuk politik yang bersih, masyarakat harus memiliki karakter yang kuat. Karakter ini harus dibangun berdasarkan nilai-nilai agama dan kemanusiaan.

“Untuk membentuk politik yang bersih, diperlukan dukungan dari masyarakat yang memiliki karakter kokoh, bukan berarti bersikap anti terhadap agama, melainkan setia terhadap nilai-nilainya,” kata Nur Kholik Ridwan. 

“Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan pembentukan karakter, dan Gusdur telah menjadi teladan dalam berpikir dan bertindak yang dapat dijadikan contoh.”

Talkshow Rasan-rasan Demokrasi: Desa Bisa Apa? adalah salah satu susunan acara dalam rangkaian Haul Gus Dur ke-14 yang bertema Belajar dari Gus Dur: Menuju Indonesia yang Adil, Damai, dan Bermartabat

Dalam sambutannya, Ketua Panitia Haul Gus Dur ke-14, Firda Ainun, menyampaikan bahwa acara ini merupakan panggung demokrasi untuk mengenang dan melanjutkan cita-cita Gus Dur dalam memajukan demokrasi di Indonesia.

“Panggung demokrasi ini bukan hanya judul, namun ini mewakili keresahan bahwa demokrasi kita sedang tidak baik-baik saja dan mengalami degradasi,” kata Firda. “Sebagai rakyat, kita tidak boleh saling pecah dan berbenturan dengan berbagai kepentingan.”

Abdul Ghafur dari Polpum Kemendagri menyampaikan sambutannya. Foto: Dokumentasi GUSDURian Yogyakarta
Abdul Ghafur dari Polpum Kemendagri menyampaikan sambutannya. Foto: Dokumentasi GUSDURian Yogyakarta

Abdul Ghafur, perwakilan dari Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri (Polpum Kemendagri), mengapresiasi panitia penyelenggara yang memilih konsep lesehan untuk acara ini. Ia menilai konsep ini sangat tepat untuk menciptakan suasana yang akrab dan guyub.

“Di Jakarta, jarang ada pertemuan bermodel lesehan seperti ini, biasanya menggunakan meja dan kursi. Ini sebagai cara kita untuk mengakrabkan diri dengan lingkungan, originalnya seperti ini," kata Ghafur.

"Agar apa yang bisa didiskusikan bisa mengalir. Kalau di ruang yang resmi, rasanya agak lain. Ini adalah kondisi yang memperlihatkan kekompakan di mana kita bisa saling bercerita. Meskipun suasana sekarang ini sedang panas-panas dingin.”

Acara ini merupakan puncak dari berbagai rangkaian  acara yang telah diselenggarakan oleh GUSDURian Yogyakarta sebelumnya, antara lain: 

  • KPG (Kelas Pemikiran Gus Dur) yang digelar keliling di berbagai tempat, seperti universitas, pondok pesantren, dan sekolah seminari.
  • Cangkruan yang menjadi arena untuk memperkuat pengetahuan tentang demokrasi yang bermartabat. Acara ini digelar secara mingguan selama bulan Desember-Februari.
  • Jalan Tol (Jalan-Jalan Toleransi) yang menjadi arena untuk memperkuat jejaring GUSDURian Yogyakarta. Acara ini digelar secara bulanan mulai Desember-Februari.
  • Seminar Indonesia Rumah Bersama dengan tema Tantangan dan Masa Depan Demokrasi-Toleransi di Indonesia. Seminar ini digelar pada 18 Januari 2024 lalu, di Auditorium Fisipol UGM.

Menyanyikan lagu
Menyanyikan lagu "Indonesia Pusaka." Foto: Dokumentasi GUSDURian Yogyakarta

Haul Gus Dur ke-14 di Yogyakarta akhirnya ditutup dengan orasi politik Jay Akhmad, Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian.

Dalam orasinya, Jay Akhmad mengatakan bahwa demokrasi bukanlah sesuatu yang bisa kita terima begitu saja, tetapi harus kita perjuangkan. Ia menyatakan bahwa institusi-institusi demokrasi, seperti DPR, MPR, dan pengadilan, hanyalah mencerminkan nilai demokrasi, bukan nilai demokrasi itu sendiri.

“Keberadaan DPR RI belum tentu mencerminkan keterwakilan. Keberadaan MPR belum tentu mencerminkan kedaulatan. Keberadaan pengadilan belum tentu mencerminkan keadilan. Semua itu hanyalah institusi-institusi yang mencerminkan nilai, bukan nilai itu sendiri,” kata Jay Akhmad.

Jay Akhmad juga menyampaikan bahwa untuk mewujudkan demokrasi yang kuat dan bersih, masyarakat harus berperan aktif dalam memilih pemimpin yang baik. Ia mengutip pernyataan Wasingatu Zakiyah, pembicara sebelumnya, yang menyatakan bahwa kita harus memilih pemimpin dengan kadar setan yang paling kecil.

“Seperti yang disampaikan oleh mbak Zaki tadi, kita harus memilih pemimpin dengan kadar setannya paling kecil. Bagi umat muslim, mungkin perlu lebih sering mengucapkan audzubillahi minassyaithoniroojim. Dengan begitu, demokrasi kita dapat menjadi lebih kuat dan bersih,” kata Jay Akhmad.

Orasi Jay Akhmad disambut dengan tepuk tangan meriah dari para peserta Haul Gus Dur, menunjukkan bahwa masyarakat masih peduli terhadap demokrasi dan ingin berperan aktif dalam menjaga demokrasi di Indonesia [mhg].

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun