Â
Tinjauan Tingkat Pengangguran Total di Beberapa Negara G20
Berdasarkan kompilasi data dari berbagai sumber internasional seperti yang dirangkum oleh Trading Economics (per Mei 2025), beberapa negara anggota G20 menunjukkan tingkat pengangguran total yang relatif tinggi. Meskipun G20 terdiri dari 19 negara perekonomian besar ditambah Uni Eropa, untuk memberikan gambaran yang lebih mendalam mengenai fenomena pengangguran terdidik dan implikasinya, artikel ini akan memfokuskan pembahasannya pada tiga negara anggota G20 yang menunjukkan angka pengangguran total signifikan, yaitu Afrika Selatan, Turki, dan India, sebagai studi kasus representatif.
Afrika Selatan mencatat tingkat pengangguran dengan angka sekitar 32,9% (Q1 2025). Kemudian Turki dengan sekitar 7,9% (data Maret 2025), dan India dengan tingkat pengangguran perkotaan yang juga berada di kisaran signifikan, sekitar 7,9% (data Februari 2025). Angka-angka ini tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi dan struktural di masing-masing negara. Penting untuk dicatat bahwa ini adalah angka pengangguran total, yang mencakup seluruh angkatan kerja dari berbagai latar belakang pendidikan.
Pengangguran Terdidik di India:Â India, sebagai negara dengan populasi muda yang sangat besar dan jumlah lulusan perguruan tinggi yang masif setiap tahunnya, menghadapi tantangan unik terkait penyerapan tenaga kerja terdidik. Data dari survei ketenagakerjaan nasional di India, seperti Periodic Labour Force Survey (PLFS), secara konsisten menunjukkan bahwa persentase pengangguran cenderung lebih tinggi pada kelompok masyarakat dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Sebagai contoh, laporan PLFS untuk periode 2022-2023 mengindikasikan tingkat pengangguran di antara lulusan perguruan tinggi (usia 15 tahun ke atas) berada di kisaran 13,4%. Angka ini menyoroti adanya kebutuhan untuk terus memperkuat relevansi pendidikan dengan dunia kerja.
Pemerintah India telah meluncurkan berbagai inisiatif untuk mengatasi hal ini. Program "Skill India Mission" bertujuan meningkatkan keterampilan vokasional jutaan pemuda. Kebijakan Pendidikan Nasional (NEP) 2020 juga dirancang untuk mereformasi sistem pendidikan, termasuk dengan mengintegrasikan pelatihan kejuruan dan magang ke dalam kurikulum pendidikan tinggi. Selain itu, berbagai skema seperti "Startup India" dan "Make in India" digulirkan untuk mendorong kewirausahaan dan penciptaan lapangan kerja di sektor manufaktur. Implikasi sosial dari pengangguran terdidik di India termanifestasi dalam berbagai bentuk, termasuk diskursus publik yang intens mengenai kualitas pendidikan dan ketersediaan lapangan kerja yang sesuai, serta harapan besar dari para lulusan dan keluarga mereka.
Pengangguran Terdidik di Turki: Turki juga merupakan salah satu negara yang mencermati isu pengangguran di kalangan generasi muda dan lulusan pendidikan tinggi. Data dari Turkish Statistical Institute (TurkStat) menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di antara mereka yang berpendidikan tinggi (ISCED 5-8) secara konsisten lebih tinggi dibandingkan beberapa kelompok pendidikan lainnya. Sebagai contoh, pada tahun 2023, tingkat pengangguran untuk lulusan pendidikan tinggi adalah sekitar 11,1%. Pemerintah Turki berupaya mengatasi tantangan ini melalui berbagai kebijakan. Lembaga Ketenagakerjaan Turki (İŞKUR) memainkan peran sentral dalam menyediakan layanan pencocokan kerja dan program pelatihan. Pemerintah juga kerap meluncurkan program insentif bagi perusahaan yang mempekerjakan lulusan muda, serta memberikan dukungan bagi pengembangan usaha kecil dan menengah melalui KOSGEB. Ada pula fokus untuk meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan vokasi dan teknik. Di tengah masyarakat, isu "diplomalı işsizler" atau penganggur berdiploma menjadi topik diskusi yang cukup hangat, mencerminkan harapan masyarakat akan prospek kerja yang lebih baik bagi para lulusan.
Pengangguran Terdidik di Afrika Selatan:Â Afrika Selatan menghadapi tantangan pengangguran struktural yang sangat signifikan, yang juga berdampak pada kelompok terdidik. Meskipun lulusan perguruan tinggi di Afrika Selatan secara umum memiliki tingkat pengangguran yang lebih rendah dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih rendah, angkanya tetap tergolong tinggi menurut standar internasional. Data dari Statistics South Africa (Stats SA) melalui Quarterly Labour Force Survey (QLFS) menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di kalangan lulusan bisa mencapai angka belasan hingga dua puluhan persen. Pemerintah Afrika Selatan telah mengimplementasikan berbagai program untuk mengatasi krisis pengangguran ini, termasuk "Youth Employment Service (YES)" yang berkolaborasi dengan sektor swasta, serta berbagai intervensi ketenagakerjaan bagi kaum muda dan program pekerjaan umum. Isu pengangguran, termasuk di kalangan terdidik, menjadi perhatian utama dalam diskursus publik dan kebijakan di Afrika Selatan, mengingat implikasinya yang luas terhadap pembangunan sosial dan ekonomi.
Optimisme di Tengah Tantangan Global dan Agenda Bersama untuk Indonesia
Dinamika penyerapan tenaga kerja terdidik di Indonesia memang menyajikan perhatian tersendiri. Meskipun Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) secara umum menunjukkan tren penurunan yang menggembirakan dari 5,45 persen pada Februari 2023 menjadi 4,76 persen pada Februari 2025, data juga menunjukkan adanya peningkatan TPT untuk lulusan Diploma IV, S1, S2, S3 dari 5,52 persen pada Februari 2023 menjadi 6,23 persen pada Februari 2025. Fenomena ini menandakan bahwa tantangan spesifik bagi lulusan pendidikan tinggi tetap ada dan perlu terus menjadi fokus kita bersama.