Mohon tunggu...
Deddy Huang
Deddy Huang Mohon Tunggu... Freelancer - Digital Marketing Enthusiast | Blogger | Food and Product Photographer

Memiliki minat di bidang digital marketing, traveling, dan kuliner. Selain itu dia juga menekuni bidang fotografi sebagai fotografer produk dan makanan. Saya juga menulis di https://www.deddyhuang.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Gambut untuk Kebaikan Bumi

24 Oktober 2021   10:30 Diperbarui: 24 Oktober 2021   10:43 34186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Asap karhutla menutupi Jembatan Ampera (sumber : kompas.com)

Suhu terasa panas dan sesak setiap bangun pagi. Asap menghampiri saraf penciuman, meski hidung berbalut masker.

Di jalanan, kabut membuat jalan terlihat samar. Sekitar jam sembilan pagi asap perlahan menghilang. Ternyata di tempat tinggalku mulai memasuki bulan kebakaran lahan di Sumatera Selatan.

Setiap tahun meski terdampak asap kebakaran lahan, tetap terasa tidak terbiasa.

Faktanya, lahan yang berisiko tinggi di Sumsel itu adalah lahan gambut yang selama ini tak disadari dapat berpengaruh buruk bagi lingkungan hidup.

Kegelisahan yang dirasakan saat ini (sumber : deddyhuang.com)
Kegelisahan yang dirasakan saat ini (sumber : deddyhuang.com)
***

Mengenal Gambut, Si Tanah Hitam Penyimpan Air Alami

Bagi masyarakat Sumsel, gambut adalah bagian dari kehidupan.

Dampak kebakaran gambut bukan hanya sesak nafas setiap tahun. Tapi juga berkurangnya cadangan air di dalam tanah gambut.

Lahan gambut kenapa berurusan dengan cadangan air?

Sebab cadangan air itu bukan hanya ada di sungai dan laut tapi juga di tanah gambut.

Mengenal Gambut (sumber : deddyhuang.com)
Mengenal Gambut (sumber : deddyhuang.com)

Saat musim hujan, fungsi gambut menyimpan banyak air. Sebaliknya, di musim kemarau, tanah gambut akan melepaskan air. Jika ekosistem gambut rusak, bayangkan dampak yang terjadi saat kemarau kering akan menjadi sumber api dan bencana asap.

Gambut akan menyerap sebagian besar air hujan sehingga meminimalkan banjir. Namun, bayangkan kalau lahan gambut rusak, tentunya gambut kehilangan fungsi mempertahankan air.

Ada kehidupan di lahan gambut. Di dalam gambut yang menyimpan cadangan air adalah rumah bagi hewan seperti ikan air tawar. Bagi warga lokal, ini dapat dijadikan sumber makanan dan pendapatan.

Rawan Kering, Kalau Terbakar Tidak Bisa Dikembalikan

Lahan gambut ini memang fungsinya tidak bisa tergantikan. Tapi lahan gambut perlu diselamatkan dari ancaman kebakaran.

Berbicara tanah gambut, kita perlu paham seperti apa tanah hitam dengan kandungan organik yang tinggi namun ber-pH asam ini berdampak luas untuk lingkungan.


Potensi lahan gambut untuk lingkungan (sumber : deddyhuang.com)
Potensi lahan gambut untuk lingkungan (sumber : deddyhuang.com)

Gambut sendiri merupakan lahan basah yang terbentuk dari timbunan materi organik yang berasal dari sisa-sisa pohon, rerumputan, lumut, dan bahan organik lainnya.

Pada umumnya, gambut ditemukan di area genangan air, seperti rawa, cekungan antara sungai, maupun daerah pesisir.

Karakteristik gambut yang ideal adalah basah dan mengandung banyak karbon di bawahnya.

Gambut adalah Kekayaan Alam yang Rapuh

Rawa gambut selama ini kurang mendapatkan perhatian khusus. Penyebabnya kesalahan tata kelola lahan gambut. Saat kebakaran lahan gambut menyebabkan kabut asap yang tak kunjung usai di Bumi Sriwijaya.

Saat masyarakat telah sadar lingkungan tentang pentingnya lahan gambut. Maka dampak negatif kerusakan lahan gambut mulai dari banjir, kekeringan, hingga kebakaran bisa diminimalisir.

Jenis tanah gambut (sumber : Buku Profil Desa Peduli Gambut yang diterbitkan Badan Restorasi Gambut)
Jenis tanah gambut (sumber : Buku Profil Desa Peduli Gambut yang diterbitkan Badan Restorasi Gambut)

Area gambut (sumber : Buku Profil Desa Peduli Gambut yang diterbitkan Badan Restorasi Gambut)
Area gambut (sumber : Buku Profil Desa Peduli Gambut yang diterbitkan Badan Restorasi Gambut)

Luas area lahan gambut di Sumsel (sumber : Buku Profil Desa Peduli Gambut yang diterbitkan Badan Restorasi Gambut)
Luas area lahan gambut di Sumsel (sumber : Buku Profil Desa Peduli Gambut yang diterbitkan Badan Restorasi Gambut)

Pengeringan gambut berdampak pada resiko kebakaran yang tinggi. Fungsi penyerapan air pada gambut yang rusak karena kekeringan akan sulit dilakukan karena dalam keadaan tersebut.

Gambut seperti spons kehilangan sifatnya yang menyerap air. Gambut yang rusak menjadi sama seperti kayu kering, mudah terbakar.

Menjaga Gambut Lewat Partisipasi Masyarakat

Dermaga BKB, akses menuju Jalur 21 (sumber : deddyhuang.com)
Dermaga BKB, akses menuju Jalur 21 (sumber : deddyhuang.com)

Tempo lalu, Tika, teman saya yang bergerak di lingkungan gambut pernah membawakan beras hitam dan kopi liberika hasil produk rawa Desa Air Gading, wilayah transmigrasi dari program pemerintah dalam rangka pemerataan penduduk.

Tika bercerita tentang upayanya untuk membantu restorasi dengan melibatkan warga lokal. Sekaligus untuk mengoptimalkan produk pangan hitam agar bisa bernilai ekonomis untuk warga.

Eko wisata gajah di lahan gambut (sumber : deddyhuang.com)
Eko wisata gajah di lahan gambut (sumber : deddyhuang.com)

Desa Air Gading berjarak sekitar dua jam perjalanan menggunakan kapal cepat dari Jembatan Ampera. Berada di jalur Primer 21, atau orang lokal menyebutnya kawasan "Jalur 21" yang berbatasan langsung dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam dan Pusat Pelatihan Gajah Muara Padang.

Pemukiman warga lokal di pinggiran sungai Musi (sumber : deddyhuang.com)
Pemukiman warga lokal di pinggiran sungai Musi (sumber : deddyhuang.com)

Masyarakat lokal di Desa Air Gading ini telah lama bermukim di rawa gambut. Sebagai desa agraris, potensi Desa Air Gading ini sangat menarik. Bukan hanya eco wisatanya saja, melainkan juga memiliki potensi pangan lokal pertanian yang telah mandiri.

Warga lokal mengoptimalkan pangan lokal dengan menjaga lahan gambut untuk pertanian dan perkebunan mereka.

Revitalisasi Ekonomi Lokal

Tika bercerita usahanya mengajak masyarakat untuk mengelola lahan gambut ini dengan bijak agar punya nilai ekonomi.

Mengelaborasi dengan Sustainable Development Goals (SDGs) sebagai tujuan pembangunan berkelanjutan bahwa hingga 2030 ada 17 tujuan dan 169 target yang dibidik khususnya berkaitan dengan pilar ekonomi, sosial, lingkungan dan hukum & tata kelola. Demi keselamatan dan keberlanjutan bumi yang kita tinggali.


Pilar Sustainable Development Goals 2030 (sumber : deddyhuang.com)
Pilar Sustainable Development Goals 2030 (sumber : deddyhuang.com)

Singkatnya, apa yang dikerjakan oleh setiap orang hari ini dan kita di masa mendatang sebaiknya berpedoman kepada ekonomi yang berkelanjutan.

Dari empat pilar SDGs yang disasar, apabila masyarakat lokal setempat betul-betul mendapat wadah dan ruang, maka setidaknya mereka berkontribusi 5 dari 17 tujuan SDGs :

  • Tujuan 1 : Mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk di mana pun.
  • Tujuan 8 : Mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, tenaga kerja penuh dan produktif serta pekerjaan yang layak bagi semua.
  • Tujuan 11 : Mengupayakan kota dan komunitas yang berkelanjutan untuk ekonomi setempat.
  • Tujuan 12 : Memastikan konsumsi dan produksi yang bertanggungjawab.
  • Tujuan 15 : Menjaga ekosistem darat agar tidak kembali terjadi musibah.

Macam-macam produk olahan dari lahan gambut (sumber : deddyhuang.com)
Macam-macam produk olahan dari lahan gambut (sumber : deddyhuang.com)

Saya sendiri awalnya tidak tahu bahwa dari lahan gambut dapat dihasilkan  produk pertanian yang bernilai ekonomi. Seperti beras hitam, kopi liberika, empon-empon, madu, dan olahan susu kerbau air menjadi gulo puan. Bahkan hingga produk eco fashion seperti batik gambut dan kriya dari purun.


Tas anyaman dari purun (sumber : instagram/rawangcollection)
Tas anyaman dari purun (sumber : instagram/rawangcollection)

Lahan gambut seringkali dianggap sebagai lahan terbuang yang dapat dikeringkan dan dialih fungsikan. Sehingga membuat warga terpuruk untuk bangkit.

Menyimak obrolan kami, revitalisasi ekonomi masyarakat yang hidup di lahan gambut adalah salah satu upaya mencegah kerusakan gambut tidak semakin parah.

Usaha Revitalisasi Lahan Gambut

Adanya anggapan penyebab utama degradasi dan kerusakan lahan gambut bisa membuat semakin terbatasnya ketersediaan lahan yang kaya akan mineral.

Semua usaha yang telah dilakukan akan sia-sia jika tidak melibatkan warga lokal. Apalagi lahan gambut yang rusak tidak dapat diperbaiki lagi.

Revitalisasi adalah salah satu upaya untuk berkelanjutan (sumber : deddyhuang.com)
Revitalisasi adalah salah satu upaya untuk berkelanjutan (sumber : deddyhuang.com)

Tentunya untuk menghasilkan ekonomi produktif berbasis pelestarian lingkungan perlu usaha. Melalui inovasi produk dan inovasi digital akan meningkatkan produktivitas, memberikan nilai tambah juga akses ke pasar.

Restorasi lahan gambut juga tidak hanya berhenti pada pemulihan ekologi dan revegetasi. Tetapi harus memikirkan pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal.

Kalender tanaman (sumber : Buku Profil Desa Peduli Gambut yang diterbitkan Badan Restorasi Gambut)
Kalender tanaman (sumber : Buku Profil Desa Peduli Gambut yang diterbitkan Badan Restorasi Gambut)

Tanaman yang bisa tumbuh di tanah gambut (sumber : Buku Profil Desa Peduli Gambut yang diterbitkan Badan Restorasi Gambut)
Tanaman yang bisa tumbuh di tanah gambut (sumber : Buku Profil Desa Peduli Gambut yang diterbitkan Badan Restorasi Gambut)

Variasi tanaman lahan gambut (sumber : Buku Profil Desa Peduli Gambut yang diterbitkan Badan Restorasi Gambut)
Variasi tanaman lahan gambut (sumber : Buku Profil Desa Peduli Gambut yang diterbitkan Badan Restorasi Gambut)

Seperti penanaman kopi liberika, padi, atau menggalakkan eco wisata seperti yang dilakukan oleh suaka margasatwa gajah yang pernah saya kunjungi.

Karena dengan belanja produk pangan dari tanah gambut, warga lokal akan berdaya dan akan pelihara lahan gambut dari kerusakan. Ini bukti nyata kalau masih ada peluang bisnis berwawasan lingkungan hidup bukan?

Hasil Produk Bisnis Berkelanjutan

Saya menangkap pesan ketergantungan kehidupan ekonomi masyarakat lokal dengan kawasan lahan gambut sangat tinggi.

Barangkali kita tidak harus datang ke lahan gambut, namun dengan membantu membeli produk masyarakat gambut saja kita turut membantu roda ekonomi mereka untuk menjaga lahan gambut.

Masih belum banyak orang ketahui produk-produk dari gambut ini. Saya sendiri belum tahu kalau tidak diceritakan oleh Tika.

Produk kopi liberika dari warga lokal (sumber : instagram/product_rawang)
Produk kopi liberika dari warga lokal (sumber : instagram/product_rawang)

Misalnya tanaman purun dapat tumbuh di rawa tanpa harus ditanam. Karakter tanaman ini memang cocok di daerah gambut, karena purun mampu tumbuh di lahan yang kadar asamnya tinggi. Semakin banyak air yg menggenangi tubuh tanaman, semakin tinggi pula daunnya.

Untuk menambah penghasilan petani dan warga setempat, purun diolah kembali oleh menjadi kriya bernilai jual, dan layak pakai.

Produk beras dari Desa Air Gading (sumber : instagram/product_rawang)
Produk beras dari Desa Air Gading (sumber : instagram/product_rawang)

Sedangkan untuk kopi liberika yang memiliki aroma dan tekstur biji seperti buah nangka ini banyak ditanam petani di kawasan lahan pasang surut.

Mesin olah kopi yang masih sederhana (sumber : Buku Profil Desa Peduli Gambut yang diterbitkan Badan Restorasi Gambut)
Mesin olah kopi yang masih sederhana (sumber : Buku Profil Desa Peduli Gambut yang diterbitkan Badan Restorasi Gambut)
Di lapangan para petani ini juga menghadapi kendala seperti konversi penggunaan lahan untuk kelapa sawit menjadi kopi. Kendala lain adalah keterbatasan informasi pengembangan budidaya kopi liberika. Juga belum adanya peremajaan tanaman. Memang masih banyak pekerjaan rumah untuk dilakukan.

Langkah Antisipasi yang Perlu Dilakukan

Pemasaran hasil pangan dari lahan gambut oleh warga lokal ini masih konvensional. Cara memasarkan lewat pameran UMKM dan belum optimal dalam penggunaan media sosial.

Keterbatasan ini diakui Tika yang menimbulkan ide untuk mendirikan koperasi agar produk pangan hasil lahan gambut bisa dipasarkan dengan mudah.

Elaborasi dengan warga (sumber : Materi tentang SDGs dari DDA 2021)
Elaborasi dengan warga (sumber : Materi tentang SDGs dari DDA 2021)

Obrolan kami tentang menangkap peluang dan efek jangka panjang dari pekerjaan ramah lingkungan di lahan gambut ini berlanjut seru. Saya mengandalkan catatan-catatan kecil untuk mencoba menguraikan seringan mungkin.

Saat ini semua produk hasil tanah gambut ini belum optimal masuk ke digital karena lokasi mereka jauh dari paparan internet. Selain itu juga sumber daya manusia yang memang masih rendah kemampuan adaptasi digitalnya.

Melihat kondisi seperti sekarang, sayang jika melewatkan peluang dalam menggalakan usaha yang berwawasan lingkungan hidup.

Saya merasa jika hanya sebagai konsumen pembeli tentu tidak berdampak yang luas. Namun, jika saya membantu mendigitalkan produk-produk mereka tentunya dampaknya akan lebih luas.

Setelah berpartisipasi dalam Danone Digital Academy, kegelisahan saya terjawab bahwa saya melihat tidak perlu berpergian jauh untuk mendukung bisnis yang berwawasan lingkungan hidup.

Ternyata teman-teman dekat saya sendiri berada di bisnis lingkungan ini. Saya terinspirasi untuk memaparkan ilmu agar bisa membantu perekonomian warga setempat lewat revitalisasi gambut.

Bisa saja saat kunjungan Tika berikutnya ke desa lahan gambut, saya turut ikut membantu memberikan pelatihan seperti memotret produk yang baik untuk dijual lewat marketplace karena foto produk yang dibuat oleh warga masih ala kadar. Padahal jika sudah menjangkau marketplace akan memperluas jangkauan pasar.

Disadari atau tidak kalau pemberdayaan sektor informal berdampak pada ekonomi yang berkelanjutan. Apalagi di negara seperti di Indonesia, dimana sektor informal menjadi penggerak utama roda perekonomian. Sehingga kemungkinan untuk mendulang rupiah masih terus ada.

Penutup

Indonesia merupakan negara dengan lahan gambut terbesar keempat di dunia. Luas lahan gambut Indonesia adalah 36% dari lahan gambut tropis dunia.

Tingkat perekonomian yang rendah bagi warga lahan gambut harus diselesaikan dengan optimalisasi potensi yang ada di desa. Masyarakat membutuhkan arahan dan bimbingan dalam rangka pengelolaan lahan dan pengolahan hasil perkebunan dan pertanian.

Membeli produk lokal bentuk dukungan ke warga lahan gambut (sumber : deddyhuang.com)
Membeli produk lokal bentuk dukungan ke warga lahan gambut (sumber : deddyhuang.com)

Saat masyarakat lokal sudah merasa lahan gambut sebagai sumber pemenuhan ekonomi tentu dengan sendirinya akan menjaga dari lahan gambut dari kerusakan.

Lahan gambut yang rusak kemudian terbakar sudah pasti membuat masyarakat akan kehilangan mata pencaharian.

Harapannya dengan produksi pangan gambut mampu menyokong perekonomian daerah dan nasional. Selain itu tentunya mampu mendukung kelestarian lingkungan dan mengurangi terjadinya bencana.

Menutup tulisan ini, saya ingin mengajak kita untuk melihat pentingnya revitalisasi lahan gambut untuk ekonomi warga berbasis lingkungan yang berkelanjutan.

Menyadari pentingnya lahan gambut di tingkat global, regional, dan nasional dalam mengatasi perubahan iklim, melindungi keanekaragaman hayati, lingkungan, dan berkontribusi pada kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat.

Maka, lahan gambut yang sehat bermanfaat untuk kebaikan bumi bukan hanya isapan jempol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun