Pada mulanya aku sungguh berterima kasih atas segepok uang yang tidak pernah kusangka sangat lebih banyak kuterima dalam tasku, dibanding klien-klienku terdahulu. Aku pun begitu menikmati dirimu yang kunilai adalah terbaik di antara para pelanggan yang hanya bisa bermain sebentar saja.
Namun, peristiwa pada malam itu membuatku hampir stres. Padahal sudah kuperingatkan kau untuk berhati-hati, tetapi entah mengapa karena nafsumu yang begitu membara, akhirnya apa yang kuletakkan dalam kardus ini ada.
Beberapa hari setelah permainan kita, aku mual-mual. Perutku terasa tidak enak. Kukira itu hanya sakit mag biasa. Semakin ke sini, aku sering sekali muntah tanpa sebab.
Karena khawatir aku kebobolan, akhirnya kuperiksakan diriku dengan alat. Hasilnya positif. Aku hamil. Denganmu, orang terakhir yang menyetubuhiku di hotel itu.
Ya, aku yakin itu benih darimu, karena sudah begitu lama aku memberi istirahat untuk tidak kembali dalam profesi maksiatku. Aku mencoba menghubungimu, tetapi selalu saja gagal. Alamat rumahmu sulit dilacak. Kau seperti dengan sengaja menghilang.
Karena aku hampir gila dan tidak mungkin kubesarkan benih yang semakin membesar di perutku, kuputuskan menaruhnya dalam kardus di tepi sawah dekat tempatmu sering mabuk-mabukkan. Tempat di mana kita pertama kali bertemu dan kau merayuku.
Aku berharap semoga saja kau menemukannya. Aku berharap kau dapat mengurus bayi ini. Tidak mungkin dengan keadaanku yang sedang disangkakan macam-macam oleh banyak orang, terlebih orangtuaku yang tidak menerima, aku membesarkannya. Â
Aku pun harus menyamar sebagai orang gila di rumah sakit jiwa ini, tempat yang kurencanakan untuk menenangkan diri, selepas aku meninggalkan bayimu di sini. Ingat, bayi ini tidak berdosa. Kitalah pendosa. Kuharap, kau tidak membuangnya seperti kelakuan kejiku ini.
Dari seseorang yang setahun lalu kau tiduri. Liska.
Tiba-tiba napasku terhenti. Dadaku tertekan sekali, seperti ada beban begitu besar sedang menimpa dari balik punggung. Pikiranku melayang-layang ke masa beberapa tahun silam.
Apakah alat pengaman itu robek? Seingatku, aku benar-benar melapisinya tiga kali. Mengapa aku bisa begitu bodoh? Kulayangkan pandang ke Sisca. Wajahnya samar kulihat. Kepalaku mendadak pusing. Aku pingsan.
...
Jakarta
25 Agustus 2021
Sang Babu Rakyat