Mohon tunggu...
Ana
Ana Mohon Tunggu... Lainnya - Perangkai kata

Menemani anak salah satunya juga mengajarkan bersikap sebagai manusia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perahu Tanpa Layar

9 September 2020   22:46 Diperbarui: 14 September 2020   06:13 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Gak ada otak Lu, Bang. Adek perempuan Lu gebukin!"

Bang Oji menarik krah bajuku. Wajah kami sangat berdekatan. Hingga dapat terhirup aroma alkohol dari mulutnya yang kotor itu.

"Sini uang Lu, kasih ke gua, cepaaat!!"

CUIHH!! Aku ludahin wajahnya. Bang Oji membanting tubuhku ke tembok toko yang saat itu sedang tutup.

AAHH ....
"Bunuh aja gua, Bang. Tanggung kalo bisa lu cuma jadi pengecut gini. Dasar Sampah. Sampai dunia akherat gua gak bakal ngakuin Lu, saudara gua. Hehehe." Serapahku di depan Bang Oji membuatnya bertambah marah.

Kembali ia melemparkan tendangan ke arah perutku. Rasa sakit begitu hebat. Kurasa pecah lambungku saat itu juga. Tubuhku bergetar menahan mual. Muntahlah aku dengan beberapa percik darah yang menyiprat.

Aku coba berdiri, walau mataku mulai kunang-kunang. Yang kuingat saat itu wajah Bang Reno dan Bang Rojak. Air mataku menitik, di tengah kesadaranku sebagai gadis yang hidup dalam kerasnya zaman.

"Bang Reno ... Bang Rojak ...," lirihku lemah. Tungkaiku terasa semutan, yang aku tahu ini gejala mau pingsan. "Tidak, aku harus kuat."

Dengan posisi masih terkapar sambil meringkuk aku coba mengatur napas, agar bisa tetap sadar. Meskipun sudah tak sanggup lagi kugerakkan tubuhku.

"MANA UAANNGG!!" Teriak Bang Oji sambil menyeret kerahku dari belakang. Di bantingnya lagi tubuhku sampai menghantam salah satu rolling dorr yang tertutup.

Para pedagang yang berkerumun mulai geram.
"Heh cari mampus Lu, Bang!!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun