Mohon tunggu...
Ana
Ana Mohon Tunggu... Lainnya - Perangkai kata

Menemani anak salah satunya juga mengajarkan bersikap sebagai manusia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perahu Tanpa Layar

9 September 2020   22:46 Diperbarui: 14 September 2020   06:13 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tak seberapa cahaya rembulan merasuki wajah malam. Namun sebenderang itu aku berjalan bersama rinai tawamu yang memecah sunyi savana.

Tak mengerti aku dengan gemilang gebyar hati. Bisaku lelap pada curi pandang di balik bukit. Berharap pada gulali kehidupan, yang kutahu tak mungkin kureguk dengan tanpa tangan.

Cukup hadirmu, tawamu, ucapanmu menjadi cerita fiksi. Di hatiku yang paling salju tak pernah kuukir warna cerah, sekalipun kau adalah kumpulan jembatan pelangi itu.

***

"Minggu besok kita jalan, yuk."

"Ke mana, Bang?"

"Nonton, mau gak?"

"Mau gak ya? Kupikir dulu lah, Bang. Aku gak pernah pergi nonton soalnya."

"Makanya aku ajak. Mau ya?"

"Ok deh."

Sikapku mengiyakan ajakan Bang Rojak, sebenarnya bikin kepalaku pusing. Bagaimana tidak? Aku tak punya baju bagus untuk pergi jalan-jalan. Paling jeans belel, oblong, atau jaket. Itu pun seragam perang saat aku harus ngeloper koran pagi-pagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun