Dulu aku mengejar jingga,
seluruh asa kuajak pada satu warna,
energi kukumpulkan, dan waktu kuhabiskan ke cakrawala,
berharap eloknya surya terbenam di ujung panorama
Kini jingga tak lagi membuatku kencang berlari,
sejak kulalui penjaga pintu berkalbu dini,
dan buah-buah asam yang matang dikarbiti,
juga jalan-jalan licin pembuat bunga hijau tergelincir
Budi-budi membuat para jingga tetap berbangga,
meski semesta jarang bertepuk tangan kepadanya,
sebagian terluka, sebagian tak peka,
sebagian lagi, terlupa pada fana ..
(Semarang, 22 Agustus 2025)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI