Rasanya dulu, di ruang kelas sekolah dasar, Bu Guru selalu fasih mengajarkan angka lima tambah lima hasilnya sepuluh. Atau lima kali lima adalah dua puluh lima.
"Kalau kita rajin belajar, angka berapa pun bisa kita bagi, kali, kurang, dan tambah dengan benar," ujar Bu Guru cantik santai.
Tapi sekarang, di TPS, mengapa hanya menjumlahkan angka  merupakan perkara sulit? Padahal di situ ada Pak Guru, Ketua RW, Pak Polisi, anggota partai?
(angka 117 terbaca 617
angka 99 menjadi 44
ini sulap atau keajaiban?)
Ibu, mengapa  kini berhitung menjadikan kepala pening, membuat kita tidak nyaman di antara slepet, gemoy, dan sat set?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!