Mohon tunggu...
Literasi Kata
Literasi Kata Mohon Tunggu... Bukan Terikat

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sekuntum Mawar dengan Tangkai yang Patah

4 Agustus 2024   00:06 Diperbarui: 21 Februari 2025   23:25 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Radar Utara, 09 Februari 2025

Sisha tak menjawab. Memang di awal kepulangannya ia telah serahkan segala keterangan dan alasan kepada sahabatnya. Sisha tak mau bicara dengan kakaknya. Percuma.

Perdebatan terus bergulir. Beragam bukti dan alasan telah Rizqita uraikan dengan detail. Sahabatnya itu mengungkapkan bahwa Sisha memang bersalah, tapi sekarang sangat tulus untuk hijrah. Sayangnya Lana tetap jengkel dan kokoh pada prinsipnya.

       "Sudah Lana. Cukup kataku" Bu Darmi menengahi debat itu. "Kau bukan wanita yang melahirkannya. Kau tak bakal paham perasaan ini. Sekarang kita sudah bersatu. Lupakan masa lalu. Besok idul fitri dan mari saling memaafkan."

Kata kata ibunya tak bisa Lana ganggu gugat. Ia meredam emosinya. Dengan diam, dia keluar rumah untuk mencari udara segar.

*

Pagi usai salat ied, sang ibu sangat gembira melaksanakan ibadah tahun ini bersama putrinya. Raut wajah Bu Darmi juga berangsur angsur cerah. 

Di dapur, ketiga perempuan itu menyiapkan segala cemilan dan makanan untuk menyambut tamu saat datang berkunjung. Di luar Lana terlihat tengah sibuk menyapu karpet.

Rencananya saat hidangan sudah selesai tersaji di beranda depan, sebelum pintu dibuka terlebih dahulu semua keluarga akan bermaaf-maafan di sana. Hal ini sudah bagian dari tradisi.

"Bu. Kayunya hendak habis. Jika begini opornya akan kurang empuk. Biar ku panggil kakak untuk mengambil kayu bakar lagi" kata Sisha.

"Ah tak perlu. Jangan ganggu mood kakakmu. Biar dia selesaikan urusannya itu" jawab Bu Darmi sambil berjalan keluar. "Aku saja"

Bu Darmi berjalan ke samping kontrakan hendak mengambil kayu bakar. Dekat dengan sungai dan sedikit curam, Bu Darmi menuruni lingkungan itu dengan hati hati. Tiba tiba seekor ular kecil menyelusup di antara jari kakinya. Bu Darmi kaget dan membanting diri ke arah kanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun