Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Teknisi - Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Yang Tidak Lagi Kau Kenali, Ibu

16 Januari 2019   17:02 Diperbarui: 16 Januari 2019   19:23 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sami Uan (@kulturtava)

/1/
Kutanggalkan kedua tangan 
tepat menempel dengan 
daguku. Di sana, tempat penampungan 
airmata bercucuran. 

Namamu 
ialah, warta yang selalu 
hadir dalam tiap-tiap doaku. 
Dan Tuhan, barangkali bosan mendengarkan itu. 

Di peraduan rindu, 
di sela-sela jemariku, kau 
menimbun sisa-sisa kenangan 
yang teramat sulit kubenamkan. 

Malam pada satu waktu 
hujan, 
tak ada istimewa 
selain rindu dan kenangan 

membunuh 
masa lalu, 
tumbuh 
duka baru. 

/2/
Kenangan, 
berjalan perlahan dari malam ke malam, 
dari dendam ke semenanjung kepulangan. 

Subuh itu, khotbah Khotib dengan lantang 
dari mimbar masjid mengiringi 
langkah kaki 'tuk kembali. 
; menuju pelukan yang menenangkan. 

tunas-tunas pohon kini menjulang; menantang 
langit, jalan dilumuri aspal abu-abu. 
Di perjalanan pulang, 
rindu ini mengebu-gebu. 

/3/
Bagi para penyair, Ibu,
tanganmu tak ayal samudra biru
yang tak kenal dasar, yang tak kenal tepi
yang tak (lagi)... aku kenali.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun