Mohon tunggu...
Harry Dethan
Harry Dethan Mohon Tunggu... Health Promoter

Master of Public Health | Praktisi Perilaku dan Promosi Kesehatan | Menulis dan membuat konten kesehatan, lingkungan, dan sastra | Email: harrydethan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Emosi yang Terpendam Bisa Berpengaruh pada Kesehatan Tubuh, Benarkah?

12 September 2025   10:21 Diperbarui: 12 September 2025   10:21 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: smileconsultingindonesia.com

Ada pepatah lama yang mengatakan bahwa tubuh tidak pernah berbohong. Apa yang tidak terucap di hati, seringkali diekspresikan lewat sakit kepala, gangguan tidur, atau bahkan penyakit yang sulit dijelaskan. Penelitian modern membuktikan pepatah ini ada benarnya. Memendam emosi dalam jangka panjang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, dan dalam kondisi tertentu, berkontribusi pada munculnya gangguan serius, termasuk penyakit autoimun.

Ketika seseorang berada dalam tekanan emosional yang berkepanjangan, tubuh bereaksi dengan cara yang tidak selalu terlihat. Stres kronis membuat hormon kortisol terus diproduksi, dan alih-alih melindungi tubuh, hormon ini justru menekan fungsi imun. Produksi sel darah putih menurun, sementara biomarker peradangan meningkat. Peradangan kronis inilah yang kemudian membuka jalan bagi berbagai penyakit, termasuk penyakit autoimun atau kondisi ketika sistem imun salah mengenali tubuhnya sendiri sebagai musuh.

Namun, penting untuk dipahami bahwa emosi yang terpendam bukanlah penyebab tunggal penyakit autoimun. Proses ini melibatkan interaksi kompleks antara stres psikologis berat, faktor genetik, dan lingkungan. Tetapi jelas, tubuh tidak pernah kebal dari efek luka batin yang tak terucapkan.

Mengapa banyak orang memilih memendam emosi? Jawabannya beragam. Ada yang takut dianggap lemah, ada yang khawatir melukai perasaan orang lain, atau terikat norma budaya yang menilai ekspresi emosi sebagai sesuatu yang tabu. Ada pula yang tidak tahu cara menyalurkan emosi dengan sehat. Semua alasan ini wajar, tetapi ketika berulang terus-menerus, ia bisa berubah menjadi beban psikologis yang merusak keseimbangan hidup.

Psikologi menjelaskan bahwa emosi adalah bagian mendasar dari manusia, reaksi alami terhadap dunia luar maupun pergolakan batin. Ia bisa hadir dalam bentuk tawa, air mata, amarah, atau sekadar raut wajah yang sulit disembunyikan. Emosi membantu kita mengambil keputusan, menjalin hubungan, dan bertahan di tengah perubahan. Namun, ketika ia ditekan dan diredam, ia justru kehilangan fungsi alaminya, menjelma jadi beban tersembunyi yang lambat laun menggerogoti tubuh.

Lalu bagaimana cara agar kita tidak terjebak dalam lingkaran emosi terpendam? Jawabannya ada pada keberanian untuk mengakui dan mengelola emosi dengan sehat. Menyadari perasaan yang hadir tanpa menghakimi diri sendiri adalah langkah pertama yang penting. Setelah itu, memberi ruang untuk mengekspresikannya, baik melalui percakapan dengan orang terpercaya, menulis, atau bahkan sekadar bergerak melalui olahraga, dapat membantu melepaskan ketegangan batin.

Relaksasi, meditasi, atau sekadar menarik napas panjang juga memberi kesempatan bagi tubuh untuk pulih dari tekanan. Di sisi lain, mengubah pola pikir negatif dengan cara refleksi diri atau terapi kognitif bisa membantu melihat situasi dengan lebih jernih. Dan tentu saja, dukungan sosial dari keluarga, sahabat, atau profesional, merupakan jangkar penting yang membuat kita tidak tenggelam dalam lautan emosi sendiri.

Mengelola emosi bukan berarti menyingkirkan rasa marah, sedih, atau takut. Justru sebaliknya, ia adalah proses menerima bahwa perasaan-perasaan itu adalah bagian alami dari kemanusiaan kita. Dengan mengelola emosi secara sehat, kita bukan hanya menjaga kesehatan mental, tetapi juga memperkuat daya tahan tubuh.

Akhirnya, tubuh dan jiwa adalah dua sisi dari satu kesatuan yang tak terpisahkan. Apa yang kita simpan dalam hati, suatu saat akan berbicara lewat tubuh. Maka, jangan biarkan emosi terkurung terlalu lama. Berikan ia ruang, beri ia suara, agar tubuh tetap kuat dan jiwa tetap tenang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun