Mohon tunggu...
Harmoko
Harmoko Mohon Tunggu... Penulis Penuh Tanya

"Menulis untuk menggugah, bukan menggurui. Bertanya agar kita tak berhenti berpikir."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jam Kerja Panjang, Produktivitas Meradang: Kantor Butuh Kebijakan Kesehatan Mental?

26 Juni 2025   23:02 Diperbarui: 26 Juni 2025   23:02 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Foto kompasiana.com

Jam kerja delapan jam per hari, katanya. Tapi realitanya? Banyak karyawan bekerja dari pagi sampai nyaris malam. 

Belum termasuk waktu merespons WhatsApp kerjaan yang bunyinya, "Maaf ganggu, tapi urgent."

Apakah kita terlalu terbiasa dengan budaya kerja yang menekan, hingga lupa bahwa manusia punya batas mental?

Kesehatan Mental: Topik yang Masih Dianggap Tabu

Di banyak tempat kerja, bicara soal stres, cemas, atau burnout masih dianggap tanda kelemahan. 

Karyawan yang minta cuti karena kelelahan mental dianggap "kurang tahan banting". Yang konsultasi ke psikolog dicurigai punya masalah pribadi.

Padahal, kesehatan mental bukan soal lemah atau kuat. Ia adalah bagian dari keseimbangan kerja yang sehat.

Dan ironisnya, banyak perusahaan baru sadar pentingnya ini setelah karyawannya tumbang satu per satu.

Jam Kerja Panjang Bukan Jaminan Produktivitas

Fakta di lapangan menunjukkan: jam kerja yang panjang justru sering menurunkan kualitas kerja. Karyawan yang lelah mental cenderung:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun