Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jam Dinding Rektorat

13 Agustus 2025   09:40 Diperbarui: 13 Agustus 2025   09:40 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi jam dinding rektorat. (Gambar dibuat dengan AI)

Jam besar di ruang rektorat berhenti tepat pukul sepuluh pagi. Waktu itu, dosen tua masuk untuk menghadiri rapat senat---yang ia tahu tak akan memutuskan apa-apa selain siapa yang boleh bicara dan siapa yang harus diam. Ia perhatikan jarum jam: panjang menunjuk angka dua, pendek menunjuk angka sepuluh. Dan tidak bergerak lagi.

"Jamnya rusak," bisik seorang staf.

"Tidak, Pak Dosen," sahut yang lain. "Jam itu sengaja dihentikan. Supaya semua rapat dimulai dan berakhir di waktu yang sama. Waktu di sini tidak berjalan, hanya berputar."

Dosen tua tersenyum getir. "Lalu bagaimana dengan waktu kampus?"

"Waktu kampus ikut berhenti. Gedungnya bertambah, tapi semangatnya tidak pernah bergeser. Ibarat kita sedang menunggu kereta yang jadwalnya tak berubah sejak sepuluh tahun lalu, meski relnya sudah berkarat."

Di luar jendela, mahasiswa berlalu-lalang. Mereka bergegas menuju kelas, bukan untuk mencari ilmu, tapi untuk mengumpulkan absen. Seperti pekerja pabrik yang takut potong gaji.

Dosen tua menatap jam itu lama sekali. Ia membayangkan jarum-jarumnya sebagai dosen-dosen yang berhenti di satu titik: riset yang hanya dibaca reviewer, pengabdian masyarakat yang jadi laporan, perkuliahan yang diulang tanpa rasa. Dan ia merasa dirinya salah satu jarum itu.

"Apa yang terjadi kalau jam ini diperbaiki?" tanya dosen tua.

"Bisa kacau," kata staf sambil tersenyum. "Kalau waktu berjalan, rapat-rapat mungkin harus mulai tepat waktu. Mungkin ada target yang harus tercapai. Mungkin... kampus harus berubah. Dan perubahan itu, Pak Dosen, lebih menakutkan daripada jam rusak."

Dosen tua tertawa lirih. Ia sadar, jam itu bukan rusak---jam itu jujur. Ia hanya diam, menunggu generasi baru yang berani memutarnya kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun