Mohon tunggu...
Muhammad Hamid Habibi
Muhammad Hamid Habibi Mohon Tunggu... Calon guru

Belajar lagi... Belajar mendengarkan, belajar memahami, belajar mengatur waktu, belajar belajar belajar... belum terlambat untuk belajar...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Petani dan Gengsi

27 Desember 2017   07:29 Diperbarui: 27 Desember 2017   08:31 4140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tak ada jam kerja baginya

Hanya subuh dan mentari sebagai tanda

Hanya capek dan terik matahari batas pulangnya

Istirahat saat badan tak mau diajak kerja

Petani ... Kau dengan sabar menanam padi

Kau jenguk mereka setiap hari

Beri pupuk dan air agar tubuh besar nanti

Kau hadang hama yang mengancam padi

Petani ... Profesi yang dianggap remeh kini

Para generasi muda tak mau melirik profesi ini

Antara malu dan gengsi jadi panutan

Pilih jadi buruh di Kota daripada petani di desa

Bagaimana nanti

Saat tak ada yang jadi petani

Saat tak ada yang pandai bertani

Saat tak ada lahan tuk ditanami

Mau bergantung pada luar negeri

Mau setiap hari beli

Atau mau tak makan nasi

Pilihlah mulai saat ini

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun