Hampir tiga puluh tahun saya berkecimpung di dunia pendidikan sebagai seorang guru. Suka maupun duka berkelindan selama proses menjalani profesi sebagai pendidik. Tentu saja, akan banyak cerita yang mungkin tertuang dalam cerpen dan novel.
Sayangnya, karena kesibukan mengajar, tidak banyak waktu yang tersedia untuk menulis fiksi. Malahan saya lebih condong ke nonfiksi, karena permasalahan yang saya hadapi dalam kehidupan ini begitu beragam dan rumit. Menulis artikel bebas menjadi self healing bagi saya.
Seiring waktu berjalan, saya sembari belajar cara menulis novel. Mudah-mudahan segera terealisasi.
Artikel-artikel yang saya sudah tulis, mereka adalah wadah saya untuk menuangkan, baik itu kegembiraan maupun kejengkelan (nah, kejengkelan ini yang paling banyak memberikan ide penulisan).
Salah satu yang membuat penulisan menjadi deras adalah, selain berasal dari bimbel di mana saya mengajar saat ini; juga yang terutama dari murid-murid yang saya didik, baik itu murid-murid bimbel maupun murid-murid di les privat.
Dari pengamatan dan interaksi langsung dengan para murid, saya melihat mereka dari berbagai sisi. Tidak saja dari sisi intelektual, tapi juga dari segi sikap dan perilaku, bagaimana mereka berkata dan bertindak selama proses belajar mengajar.
Hasilnya? Ada hal-hal baik, tapi juga ada hal-hal buruk yang saya dapatkan. Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Sayangnya, kebanyakan murid menunjukkan hal-hal buruk yang melebihi hal-hal baik.
Dari hal-hal buruk yang begitu banyaknya, ada 3 (tiga) hal, yang menurut saya, terkikis dari diri kebanyakan generasi zaman "now". Apa saja tiga hal tersebut?
1. Disiplin
Ini seperti bicara tentang masalah yang selalu berulang di negeri +62 tercinta, tapi semakin memburuk di masa kiwari. Kebanyakan murid bimbel datang terlambat ke bimbel. Seharusnya mulai belajar di jam dua, tapi datangnya di jam 02.15 siang, bahkan ada yang datang setengah jam kemudian, di jam 02.30!
"Baru pulang sekolah tadi di jam setengah dua, Pak. Jadi makan dulu," kata seorang ibu, yang dengan terpaksa saya bisa memaklumi karena alasan yang rasional.
Tapi beberapa murid yang lain masuk begitu saja, tanpa permisi, tidak ada perkataan maaf meskipun sudah datang terlambat, dan begitu saja menghempaskan pantat di kursi tanpa berpikir panjang.