Aku pernah mengusir angin
yang memeluk tanpa bentuk.
Ternyata, angin membawa lengan-lenganmu
dan jatuh di pelukmu paling candu
Aku jatuh,
bukan tersandung kata dari lekuk bibirmu,
tapi jatuh pada kedua lengan yang membungkus tubuh
Aku membeku, melapas kerangkeng rindu.
Setiap dekapmu
adalah perayaan kemenangan.
Di lenganmu, aku menang
dari pertarungan melawan pasukan rindu.
Aku tak ingin bangkit cepat-cepat
dalam pelukmu kujeda detik di arlojiku agar melambat.
Di lenganmu, aku merasa pulang,
atau malah lupa arah jalan pulang?
Buru, 13 April 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI