Mohon tunggu...
Ruhan
Ruhan Mohon Tunggu... Lainnya - Orang-orang sawah

Mencintai alam, bukan dunia

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hati yang Terpatahkan

6 September 2023   22:06 Diperbarui: 6 September 2023   22:35 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source : pixabay.com

Hati yang terluka, menjadi buta akan rasa, keras dan kasar, lalu merusak hati lainnya.

Pintunya telah berkarat, mengabaikan setiap ketukan dan ucapan salam, lalu kemudian merasa ditinggalkan.

Saat mata hari bersinar terang dia ketakutan, bersembunyi bersama bayang, lalu kedinginan saat malam menyapa.

Gelapnya malam menyadarkannya, berharap sapaan cahaya kemenangan, lalu saat fajar menyingsing dia kembali kabur.

Berbekal pacul dia menggali gua, tempatnya berteduh dari terik dan hujan, lalu dia tertidur lelap sembari mengukir nisan.

Saat melihat ke belakang tampaklah jalan sepi, melihat ke depan hanyalah buntunya dinding gua, lalu air menetes dari kedua matanya.

Mengingat hati yang telah dipatahkannya, berharap hati itu datang kembali, lalu mungkin dia akan mematahkannya lagi.

Mungkin dia seharusnya dilahirkan tanpa hati, sehingga tidak ada yang harus patah, lalu dia tidak akan merusak hati lainnya.

Hati-hati, dengan hati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun