Last but not least, satu hal yang cukup saya rindukan di laga ini dibandingkan era sebelumnya, adalah antusiasme. Mungkin ini terlalu subyektif dan terkesan membandingkan, tetapi gestur pelatih dan para pemain ketika tertinggal banyak gol kurang saling menyemangati satu sama lain dengan antusiasmenya.
Chemistry untuk membentuk kesatuan tim yang hanya bermain dua atau tiga bulan sekali, jelas membutuhkan banyak momen interaksi. Disinilah peran manajer tim dan pemain senior bisa diminta untuk mengambil sedikit beban dari Jay Idzes di atas lapangan.
Kekalahan ini harus diterima dengan lapang dada, karena memang sekalipun kaki-kaki pemain Indonesia nampak lebih "canggih", nyatanya Australia lebih disiplin, terencana, dan terintegerasi.
Semoga waktu persiapan bisa dimaksimalkan oleh Kluivert, Alex Pastoor, dan Denny Landzaat untuk merecovery sisi taktik, mental, dan fisik, agar kekalahan ini tidak berdampak di laga berikutnya.Â
Arum manis di laga ini, semoga bisa berubah menjadi cake yang bagus secara tampilan, enak secara rasa, dan mengenyangkan.
Maju terus Garuda, kami akan selalu mendukungmu!Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI