Empat pemain belakang bisa berganti menjadi tiga bek saat menyerang. Jay Idzes dan Calvin Verdonk yang terlihat cukup aktif melakukan permutasi baik sebagai gelandang bertahan ataupun winger kiri. Sementara itu di lini tengah berdiri Thom Haye dan Nathan Tjoe-A-On sebagai double-pivot.
Di lini depan juga cukup mengejutkan, Rafael Struick lah yang diplot sebagai ujung tombak, sementara Romeny dan Marselino banyak drop ke area tengah untuk menambah jumlah pemain sekaligus menjemput bola.
Dengan rendah hati, kredit patut diberikan kepada Timnas Australia dan pelatih Tony Popovic. Mereka sangat sabar untuk mempelajari pola permainan dan melihat celah Timnas Garuda dan menghukum dengan transisi cepat mengandalkan trisula di depan, Adam Taggart, Martin Boyle, dan Nishan Velupillay.
Jadi fans jangan berandai-andai penalti Kevin Diks masuk akan mengubah hasil akhir, karena kesulitan besar juga dirasakan Australia untuk keluar dari tekanan di sepuluh menit awal.
Sisi Positif Timnas Indonesia
Membahas sisi positif yang bisa dipetik seusai laga, cukup nampak bahwa pemain Indonesia mempunyai skill individu rata-rata di atas pemain Australia. Umpan-umpan kombinasi terlihat "canggih", bahkan menunjukkan kelas yang sering dilihat di klub-klub Eropa tiap akhir pekan.Â
Kemudian filosofi menyerang yang teridentifikasi sebagai Total Football juga memungkinkan Marselino dkk menguasai ball possesion di angka 61 persen! Sangat jarang hal ini terjadi di era Coach Shin Tae-yong yang lebih mengedepankan pertahanan.Â
Setidaknya ada dua nama yang cukup bersinar sebagai individu di laga ini, yakni Calvin Verdonk dan Ole Romeny. Verdonk memang sudah menunjukkan kelasnya di setiap laga Indonesia sebelumnya, terutama ketenangan dan etos kerjanyaÂ
Namun yang paling membuat adanya asa berkecamuk di dada fans, adalah Ole Romeny. Kehadirannya dengan eksplosivitas bak Wayne Rooney, memberi keyakinan bahwa pemain ini bisa mencetak gol di tiap laga. Inilah yang hilang dari striker Timnas Indonesia sejak era Bambang Pamungkas.
Evaluasi yang Terlihat Jelas
Lalu beranjak ke aspek evaluasi yang bisa dilakukan, jelas muaranya adalah adaptasi. Ini risiko besar yang harus diterima Timnas Indonesia, fans, terutama PSSI yang mengganti pelatih di tengah jalan.
Sisi pertahanan manjadi yang paling banyak disorot, terutama ada ketidakjelasan tugas command, cover, dan stopper. Ini terjadi karena Australia memahami betul ruang terbuka yang terjadi akibat hybrid pola empat dan tiga bek, sehingga mengeksploitasi ruang tersebut dengan bola terobosan dalam progresi positif dari bertahan ke menyerang.
Berikutnya adalah set-piece, di mana sepak pojok Australia menyebabkan tiga gol bersarang ke gawang Maarten Paes. Sangat dimaklumi karena ini merupakan bagian adaptasi. Namun kembali, karena Bahrain sudah siap menantang pekan depan, Jay Idzes dkk harus segera menemukan formula khususnya.